Jakarta -
Pengelolaan uang masih menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi sebagian besar masyarakat kita. Padahal siapapun tahu bahwa gagal mengatur uang secara bijak dapat menurunkan kualitas kesehatan finansial.
Kesehatan finansial yang terus menurun tentu menimbulkan efek samping yang berbahaya. Paling sering muncul adalah perasaan cemas berlebihan karena merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan diri dan keluarga.
Pangkal persoalannya, dari dulu, selalu sama dan sederhana. Yakni, ketidakmampuan menyeimbangkan pengeluaran dengan pendapatan yang dihasilkan, dan tidak disiplin dalam menyisihkan dana untuk kebutuhan darurat.
Menurut financial advisor dan financial coach, Philip Mulyana, situasi seperti ini muncul karena sebagian masyarakat kita, terutama generasi muda, belum terbiasa untuk mengelola uang secara sistematis dan konsisten.
"Perencanaan keuangan pun dirancang secara ala kadarnya. Nyaris tidak memiliki prioritas, baik untuk keperluan jangka pendek, menengah dan panjang," katanya kemarin.
Menurut dia, Masyarakat sebenarnya punya kebiasaan menabung untuk kebutuhan masa mendatang. Mereka tahu pentingnya menyisihkan dana darurat. Tapi pola nya kerap tidak beraturan. Alokasi dananya terkadang juga tidak konsisten. Dan ketika uangnya terkumpul, mereka mudah mencairkan. Lupa sama tujuan awalnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Philip menjelaskan, Generasi milenial juga mulai semakin tercerahkan dengan rutin berinvestasi di luar produk konvensional seperti tabungan. Ada yang investasi di kripto, reksadana dan saham. Tapi, sisi buruknya, mereka terlalu gampang membelanjakan hasil investasi untuk gaya hidup. Nilai portofolio investasinya bagai berjalan di tempat, meski sering mencetak cuan.
Jadi, kata Philip, untuk mencapai kesehatan finansial yang ideal, diperlukan perencanaan keuangan yang komprehensif. Jangan sampai kita rajin investasi, tapi hasil keuntungannya menguap begitu saja karena ketidakmampuan menahan diri dari hal hal yang konsumtif. Pun demikian, jangan sampai rajin menabung tapi tanpa pola yang jelas dan tidak memiliki tujuan spesifik.
Bagaimana tips atur keuangannya? Buka halaman selanjutnya.
Agar memiliki perencanaan keuangan yang baik, menurut Head of Product and Marketing Bank Jago Andy Djiwandono, menyarankan masyarakat untuk rajin "mengkonsumsi" Fintamin hasil racikan Bank Jago bersama sejumlah pakar.
Resep Fintamin ini dirancang bersama sama dengan mengacu ke tantangan finansial yang paling sering dihadapi masyarakat sehari hari. Selain Philip, Jago juga melibatkan perencana keuangan lainnya, antara lain Annisa Steviani, Samuel Ray, Dani Rachmat dan Ferdie Darmawan.
Menurut Andy, Fintamin (Financial Vitamin) adalah serangkaian nutrisi yang akan membantu menjaga kesehatan dan daya tahan finansial. Setiap Fintamin memberikan khasiat dan memiliki anjuran pemakaian yang berbeda, tergantung tahap kehidupan.
"Fintamin tidak menjanjikan hasil dalam waktu cepat. Namun, konsumsi Fintamin secara rutin dapat memaksimalkan kesehatan dan daya tahan finansial secara pribadi dan bersama-sama keluarga serta orang tersayang," katanya.
Fintamin A: Analisa pengeluaran
Fintamin A berkhasiat menghilangkan kebiasaan asal asumsi dan meningkatkan pengamatan atas kondisi finansial agar tidak boncos.
Menurut Andy, fitur analisis pengeluaran (Spend Analysis) yang ada di dalam aplikasi Jago akan memudahkan pengguna melakukan analisis karena pengeluaran sudah dikelompokkan secara rapi berdasarkan kategorinya masing-masing. Fitur ini juga memudahkan pengguna dalam mengevaluasi pengeluarannya, sehingga bisa mengukur seberapa parah borosnya dalam membelanjakan uang.
"Kebiasaan konsumsi Fintamin A secara berkala bakal membuat pengguna aplikasi Jago menjadi lebih disiplin dan konsisten," katanya.
Fintamin B: Buat rincian kebutuhan
Fintamin B membantu merinci anggaran sesuai kebutuhan untuk menekan rasa cemas berlebihan. Fitur Jago yang relevan dengan Fintamin B ini adalah Plan Ahead, atau auto payment sejenis.
Anjuran pemakaian: 1 x saat tanggal muda. Jadi, setiap gajian, pengguna langsung mengalokasi atau bahkan mengunci dana untuk pemenuhan kebutuhan yang menjadi prioritas. Seperti bayar angsuran rumah, kartu kredit, listrik atau bujet untuk menikmati hidup.
Masih banyak Fintamin lainnya lho. Coba buka halaman selanjutnya deh.
Fintamin C: Cek pengeluaran sesuai rencana
Fintamin C berkhasiat menjaga pertahanan dengan memastikan pengeluaran sesuai anggaran agar tidak kebablasan. Jika dikonsumsi secara rutin, kondisi keuangan akan lebih stabil dan kita tidak lagi terbiasa bermanuver yang membuat rekening jebol.
Fintamin D: Disiplin nabung dan investasi
Fintamin D Memperkuat sistem imun finansial dengan menyisihkan dana secara rutin untuk masa depan yang lebih santuy. Andy menjelaskan fitur Kantong Jago akan sangat membantu pengguna untuk disiplin dalam berinvestasi.
"Karena aplikasi Jago sudah terintegrasi dengan aplikasi Bibit.ID, pengguna bahkan tidak perlu melakukan top up. Pembelian reksadana Bibit bisa secara autodebet dan terjadwal," kata Andi.
Philip menyarankan Fintamin D dikonsumsi sejak dini dan konsisten. Menurutnya, investasi tidak perlu menunggu dana nya terkumpul dulu. "Misalkan kita punya target investasi bulanan senilai X rupiah, kita bisa mencicilnya secara harian atau mingguan. Jadi investasi tidak perlu menunggu. Lakukan sejak dini dan konsisten," katanya.
Masih ada Fintamin lainnya nih. Buka lagi halaman selanjutnya.
Fintamin E: Eksplor cadangan masa depan
Fintamin E membantu menemukan cuan, keahlian dan inspirasi uang tambahan lainnya, biar makin bisa jajan cantik sepuasnya. Anjuran pemakaian: Aman dikonsumsi seumur hidup.
Fintamin K: Kolaborasi
Fintamin K bikin capai tujuan dan sharing inspirasi makin mudah, terbuka dan seru.
Andy menjelaskan fitur Kantong Bersama membuat konsumsi Fintamin K menjadi lebih menyenangkan. Kantong bersama bisa digunakan untuk berbagai tujuan dengan melibatkan orang lain, sehingga proses mencapai tujuan menjadi lebih ringan, lebih cepat dan lebih fun.
"Pada akhirnya kami sadar, manusia itu makhluk sosial. Kita ingin melakukan sesuatu, atau mencapai sesuatu secara bersama sama. Fitur Kantong Bersama di aplikasi Jago memungkinkan hal ini terwujud," katanya.
Sementara itu, Survei Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) per 25 Juni 2020 menunjukkan sebagian besar penduduk Indonesia, meskipun gemar menabung namun tidak memiliki ketahanan finansial, sehingga tidak siap menghadapi krisis ekonomi.
Sebanyak 46% responden di Indonesia mengaku dana darurat yang mereka miliki hanya dapat menyambung hidup selama satu minggu. Kemudian 24% responden mengaku bisa bertahan dalam satu hingga enam bulan, 9% responden mengaku mereka bisa bertahan enam hingga diatas enam bulan, dan tidak tahu sebanyak 22%. Data tersebut membawa Indonesia menduduki posisi empat terbawah dunia dalam daftar ketahanan finansial - berdasarkan jumlah kepemilikan dana darurat.
Manajemen keuangan yang baik merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Hal ini tercermin dari hasil survey yang menyatakan bahwa 57% responden di Indonesia mengaku selama satu tahun terakhir memiliki defisit keuangan, dimana kebutuhan hariannya melebihi pendapatan. Pandemi Covid 19 memang menjadi penyebab utama, tapi bukan lah satu satunya faktor.
Data di atas ironis karena menurut survey yang sama, 99,7% responden Indonesia mengaku secara rutin menyisihkan penghasilannya untuk tabungan, dan 70,5% responden memiliki tujuan finansial jangka panjang.