Garuda Rugi Operasional: Pendapatan Rp 8 T, Biaya Operasi Rp 18 T

Garuda Rugi Operasional: Pendapatan Rp 8 T, Biaya Operasi Rp 18 T

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 16 Nov 2021 14:45 WIB
Garuda Indonesia menjadwalkan 300 penerbangan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Selasa (9/8). Begini suasana terminal 3 Ultimate pagi ini.
Foto: Reno Hastukrisnapati Widarto
Jakarta -

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menjadi salah satu maskapai yang babak belur dihantam COVID-19. Kondisi keuangan Garuda saat ini masih mengalami kerugian operasional.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, dikutip Selasa (16/11/2021), kinerja Garuda hingga September 2021 hanya mampu mencatatkan total pendapatan sebesar US$ 568 juta atau sekitar Rp 8,06 triliun (kurs Rp 14.200). Padahal total biaya operasionalnya adalah sebesar US$ 1,29 miliar atau sekitar Rp 18,3 triliun.

Manajemen mengakui saat ini kerugian operasional masih terjadi. Dijelaskan struktur biaya tetap perusahaan terlalu besar daripada pendapatan yang terus turun imbas kondisi pandemi COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perseroan masih mencatatkan kerugian operasional yang disebabkan oleh struktur biaya perseroan yang sebagian besar bersifat tetap atau fixed, yang tidak sebanding dengan penurunan signifikan atas revenue perseroan imbas kondisi pandemi COVID-19," tulis manajemen Garuda dalam keterangannya.

Penurunan pendapatan juga terjadi karena anjloknya penumpang maskapai pelat merah ini. Hingga September 2021 saja, penumpang Garuda hanya 2,3 juta orang.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, di akhir tahun diproyeksikan penumpang mencapai 3,3 juta. Jumlah sebanyak itu pun hanya mencapai 17% dari jumlah penumpang di tahun 2019, sebelum pandemi COVID-19.

Terkait jumlah penumpang, manajemen Garuda Indonesia yakin pertumbuhan yang pesat akan terjadi, mengingat pelonggaran kebijakan mobilitas mulai dilakukan.

"Seiring dengan kondisi pandemi yang saat ini mulai terkendali dan dengan diperlonggarnya kebijakan mobilitas masyarakat pasca PPKM Darurat diterapkan, maka diharapkan kondisi ini dapat mendorong peningkatan revenue bagi Perseroan melalui peningkatan jumlah penumpang," ungkap manajemen.

Garuda fokus rute domestik. Cek halaman berikutnya.

Maskapai pelat merah ini juga akan mengoptimalisasi rute penerbangan dengan berfokus pada rute domestik. Adapun rute internasional yang masih diterbangkan merupakan rute-rute yang dianggap masih menguntungkan.

Sebelumnya, Garuda sudah divonis secara teknis bangkrut. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, dia mengatakan bahwa saat ini liabilitas atau utang Garuda Indonesia totalnya mencapai US$ 9,75 miliar atau setara Rp 138,45 triliun.

Sementara aset Garuda Indonesia saat ini hanya US$ 6,92 miliar. Jauh lebih rendah dibandingnya total kewajibannya itu. Maka dari itu, ekuitas atau modal Garuda tercatat minus US$ 2,8 miliar atau setara Rp 39,7 miliar.

"Sebenarnya dalam kondisi seperti ini kalau istilah perbankan sudah technically bankrupt Pak tapi legally belum. Ini yang sekarang sedang berusaha bagaimana kita bisa keluar dari situasi yang sebenarnya secara technically bankrupt," jelas Kartika saat rapat kerja dengan Komisi VI, Selasa (9/11/2021).


Hide Ads