Taliban mengklaim bahwa mereka telah menandatangani sebuah kesepakatan dengan perusahaan Australia, Cpharm untuk mendirikan pusat pengolahan ganja di Afghanistan.
Dilansir Al Arabiya, Kamis (25/11/2021), Direktur Pers Taliban Qari Saeed Khosty menyampaikan bahwa sebuah kontrak telah ditandatangani dan proyek tersebut akan berjalan dalam beberapa hari. Nilai kesepakatan dalam proyek itu dilaporkan mencapai US$ 450 juta atau setara dengan Rp 6,39 triliun (kurs Rp 14.200).
Khosty mengatakan bahwa Cpharm akan diberikan akses ke ribuan hektar tanaman ganja Afghanistan. Selain itu, berdasarkan sebuah laporan dari Pajhwok Afghan News, mengatakan bahwa perwakilan Cpharm yang berbasis di Australia telah bertemu dengan pejabat kontra-narkotika di Kementerian Dalam Negeri untuk membahas produksi obat-obatan dan krim di pabrik serta menawarkan penggunaan ganja legal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Taliban Buka Loker Cuma Dibayar Gandum |
Dibantah Cpharm
Namun, perusahaan asal Australia itu kemudian membuat pernyataan yang membantah keras kesepakatan apa pun yang dibuat dengan Taliban. Dikutip dari Reuters, Cpharm mengatakan bahwa pihaknya tidak pernah berbicara dengan Taliban dan tidak memiliki transaksi di luar negeri atau melibatkan ganja. Bahkan saat ini pihak Cpharm sedang mencari cara untuk menghentikan beredarnya informasi 'bohong' tersebut.
"Kami hanya mencoba mencari tahu apa yang akan kami lakukan untuk menghentikannya," kata kepala keuangan Cpharm Australia, Tony Gabites.
"Kami mungkin mendapat 40 atau 50 panggilan hari ini. Itu di luar kendali dan itu semua bohong, teman-teman media tidak melakukan uji tuntas (cek fakta) apa pun yang ingin mereka publikasikan," katanya.
Selain itu Gabites mengatakan Cpharm Australia merupakan perusahaan pemberi saran medis tentang produk farmasi dan bukan produsen, sehingga perusahaan tersebut tidak akan mengambil kontrak manufaktur dalam hal apa pun.
Selain itu Gabites juga mengaku kalau saat ini kondisi finansial Cpharm tidak akan mampu mengumpulkan dana sebesar US$ 450 juta. Jadi kontrak kerja sama antara mereka dengan Taliban sangatlah tidak mungkin.
(ara/ara)