Sejumlah negara mulai dari China hingga Amerika Serikat tengah mengalami inflasi tinggi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi itu perlu diwaspadai.
Sri Mulyani mengatakan dengan terjadinya inflasi di negara-negara maju, maka bakal ada dampak dari kebijakan yang akan terjadi ke negara berkembang.
"Hal yang perlu diwaspadai peningkatan inflasi, pada production price indicator di Amerika, Eropa, dan China maupun dari sisi kemungkinan transmisi ini ke harga konsumen dan tingkatkan tekanan inflasi. Ini akan dampak kebijakan moneter negara maju seperti yang disampaikan terjadinya tapering," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (29/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, kata Sri Mulyani, pemerintah saat ini juga sedang berusaha menjaga stabilitas pasar keuangan yang kini mulai kondusif.
"Di lihat dari spread SBN Indonesia dengan yield US$ treasury makin turun, yang menggambarkan confident terhadap surat berharga negara yang cukup kuat. Demikian juga partisipasi dari pembelian domestik SBN yang terutama didukung perbankan maupun lembaga keuangan bukan bank," katanya.
Sri Mulyani mengatakan, pemerintah masih mengandalkan APBN untuk melakukan pemulihan-pemulihan ekonomi dalam negeri.
"Dan ini terlihat dari pertama ekonomi yang kuat dibandingkan peer group kita di ASEAN maupun di G20 dan di sisi lain defisit APBN kita yang relatif kecil serta level utang publik terhadap GDP yang rendah dibandingkan peer group baik di G20 maupun di ASEAN 6," katanya.