Saat Suku Pedalaman Papua Bermigrasi Jadi Petani-Peternak Ayam

Saat Suku Pedalaman Papua Bermigrasi Jadi Petani-Peternak Ayam

Mustiana Lestari - detikFinance
Senin, 29 Nov 2021 15:18 WIB
peternak ayam Freeport
Foto: Grandyos Zafna

Perikanan

Hal yang sama juga diinisiasi oleh Koperasi Maria Bintang Laut yang memberdayakan para nelayan untuk naik kelas. Bekerja sama dengan PTFI, hasil melaut para nelayan dijemput dan disimpan di cold storage berdaya tampung 40 ton dan difasilitasi oleh pabrik es dengan produksi 2 ton per hari.Terhitung sejak 2005, ada 8 desa dan 100 nelayan yang mengikuti program ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ikan kita pasarkan kepada Pangansari mitra Freeport untuk mess hall di seluruh area kerja Freeport. Untuk produksi ikan kita sudah capai 194 ton untuk tahun ini," jelas Sofi Tapilato sebagai penanggung jawab program perikanan PTFI.

cold storage PTFIcold storage PTFI Foto: Grandyos Zafna

Selain mendekatkan pasar dan layanan jemput bola, koperasi ini juga memberikan pelatihan motor tempel yang sudah dilaksanakan dalam 2 tahun terakhir.

ADVERTISEMENT

"Target kita di tahun 2020-2023 kita bisa memiliki nelayan dengan kemandirian dengan menjual sendiri memproduksi dan menjual sehingga menghasilkan keuangan keluarga untuk nelayan lokal kita," pungkasnya.

Perkebunan Kopi

Selain perikanan, pertanian, dan peternakan, PTFI juga ikut memberdayakan para pekebun kopi di dataran tinggi Tembagapura. Sejak 20 tahun lalu, suku Amungme yang mendiami daerah ini dibina untuk bertanam kopi.

"Kami budidaya kopi Amungme jenis arabika. Kopi ini dibudidaya di beberapa kampung seperti Singa, Hoya dan Arwanop. Awalanya bibit kopi ini dari Wamena dan ditanam di daerah di sekitar tambang Freeport," jelas Heri Herman Aibekob selaku pendamping petani Koperasi Kopi Amungme Gold.

kopi amungmekopi amungme Foto: Mustiana Lestari

Dengan melibatkan 103 petani di kampung tersebut, PTFI dan koperasi ini memproduksi 1, 5 ton kopi Amungme Gold per tahun. Koperasi ini mengumpulkan hasil kopi lalu kemudian dibawa menggunakan helikopter.

"Kita harus tinggal seminggu,dua minggu di sana untuk mendampingi mereka. Ini tantangan berat untuk ke pelosok sana," sambungnya lagi.

Kemudian setelah gabah diambil kemudian proses penjemuran, roasting, dan packaging dilakukan di Timika dan dijual dengan harga Rp 100 ribu per 250 gr.

Di lain tempat,Director Development and Community Relationship PTFI, Claus Wamafma, mengatakan kesuksesan 5 dekade Freeport di tanah Papua tak lepas dari dukungan masyarakat, sehingga Freeport ingin terus maju bersama masyarakat dengan program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.

"Sebenarnya yang melakukan itu masyarakat lokal kami memperkenalkan mereka, awalnya tadi meramu kemudian berpindah menjadi budidaya sehingga memberikan nilai tambah,"kata Claus.

Selama 20 tahun, lewat dana kemitraan Freeport memberikan pembinaan, asistensi dan modal untuk para UMK seperti Hilanus More dan petani, peternak, hingga nelayan lainnya.

Dari data PTFI diketahui membantu memberdayakan petani lokal dengan total luas lahan 560 Ha, yang terdiri dari kakao 219 Ha, kopi 35 Ha, kelapa 200 Ha, dan sagu 100 Ha.

Kemudian peternakan ayam 80.000 dengan omzet mencapai Rp 40,3 M dan memenuhi 30% pangsa telur ayam Timika. Sementara di sektor perikanan, pendapatan yang dicapai hingga Rp 8,9 M pada tahun 2020.

Tim detikcom bersama MIND ID mengadakan program Jelajah Tambang berisi ekspedisi ke daerah pertambangan Indonesia. detikcom menyambangi kota-kota industri tambang di Indonesia untuk memotret secara lengkap bagaimana kehidupan masyarakat dan daerah penghasil mineral serta bagaimana pengolahannya. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/jelajahtambang.


(mul/akn)

Hide Ads