Jakarta -
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai sejumlah hal yang bisa mempengaruhi pemulihan ekonomi Indonesia. Mulai dari varian baru COVID-19 Omicron, hingga produksi minyak dan gas (migas) yang turun terus.
Hal itu dikatakan Sri Mulyani dalam acara 2nd International Convention Indonesian Upstream Oil and Gas 2021 secara virtual, Selasa (30/11/2021). Awalnya dia mengatakan pemerintah sangat mewaspadai varian baru Omicron yang sudah mulai menyebar ke berbagai negara di dunia.
"Kami sangat waspada dan mencermati apa yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia termasuk meningkatnya kasus atau mutasi Omicron," kata Sri Mulyani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini, Sri Mulyani mengaku optimis bahwa pemulihan dalam negeri akan terus terakselerasi seiring Indonesia yang telah berhasil melewati dua momen puncak kasus COVID-19.
"Bukan berarti Indonesia berpuas diri dengan pencapaian ini," tuturnya.
Sri Mulyani berharap kewaspadaan pemerintah akan mampu membawa Indonesia ke dalam pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5% sampai 4% pada tahun ini.
Di sisi lain, ada kewaspadaan Sri Mulyani di sektor energi yakni lifting migas di Indonesia yang terus menurun. Pada 2020, lifting migas berada di angka 707.000 barel per hari (bph).
"Faktanya produk migas terus turun, menciptakan kesenjangan yang semakin melebar, secara makro kondisi ini berdampak pada trade balance. Ini jauh lebih rendah dibandingkan satu dekade atau dua dekade lalu," ujarnya.
Menurunnya produksi migas bisa berdampak ke sektor makro ekonomi karena akan mempengaruhi neraca perdagangan. Penurunan produksi migas, utamanya minyak, menyebabkan adanya gap yang semakin besar antara permintaan kebutuhan energi dan pasokannya.
Meski COVID-19 menurunkan permintaan terhadap penggunaan migas, kebutuhan energi di Indonesia disebut akan tetap besar karena jumlah penduduknya mencapai lebih dari 260 juta jiwa. Jika produksi di dalam negeri tidak bisa memenuhi permintaan kebutuhan, kemungkinan untuk impor pun akan semakin besar.
"Bagi Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk dan ukuran ekonomi yang besar, permintaan energi bahan bakar akan terus meningkat," kata dia.
Sri Mulyani melanjutkan, kondisi produksi migas yang terus turun telah menjadi perhatian berbagai negara di tengah rencana dunia mengurangi emisi karbon. Situasi ini dianggap sebagai momentum tepat untuk melakukan transisi menuju energi baru terbarukan yang lebih ramah lingkungan.
"Komitmen untuk mencegah perubahan iklim dengan mencegah peningkatan suhu dunia juga berdampak langsung pada industri minyak dan gas bumi. Sebagai pengimpor CO2 terbesar di dunia, Indonesia dapat mengubah jalurnya ke nol emisi," ucap Sri Mulyani.
Simak Video "Video: Senyum Sri Mulyani Saat Ditanya Isu Mundur dari Kabinet Prabowo"
[Gambas:Video 20detik]