Pengembangan ekonomi syariah di Indonesia berkaitan juga dengan pengembangan wisata halal. Namun pada pelaksanaannya seringkali rencana pengembangan wisata halal menimbulkan polemik.
Menurut Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat ini masih banyak orang salah kaprah tentang wisata halal. Pengertian wisata halal dipahami berbeda dengan arti yang sesungguhnya seperti yang sudah diterapkan di luar negeri.
"Di kita masih ada persepsi yang keliru. Ada paham bahwa tempat wisatanya yang harus halal," terangnya dalam acara Diskusi Transmedia Institute, Kamis (2/12/2021).
Ma'ruf pun meluruskan, yang dimaksud wisata halal adalah sederet layanan yang ada di lokasi wisata itu yang harus halal. Mulai dari restoran, tempat makan, adanya tempat ibadah, dan lain-lain.
"Artinya pelayanannya yang diubah, bukan mengubah tempatnya menjadi syariah, misalnya orangnya pada pakai kerudung semua, pakai tutup muka semua, (bukan) tapi layanannya," terangnya.
Dia menjabarkan sebenarnya sudah banyak negara-negara yang sudah mengembangkan wisata halal. Mulai dari Jepang, China, Korea Selatan, Taiwan, hingga Australia.
"Saya pernah ke Korea, ketika saya berkunjung sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia, tapi disambut dengan baik. Di sana ada tempat salat, ada restoran halal. Di Beijing juga seperti itu," tutupnya.
Simak Video "Kasus Anjing Canon, Sandiaga: Wisata Halal Tak Seharusnya Menyakiti!"
[Gambas:Video 20detik]
(das/ara)