Beranjak pada tahun 1958, untuk memodernisasi negara agrarisnya yang besar, Mao mendorong jutaan petani untuk meninggalkan pertanian mereka dan bekerja di pabrik. Untuk memastikan tak ada warga yang keberatan, dia melancarkan revolusi budaya, menghukum penentang dengan mengirim mereka ke kamp pendidikan.
Sebenarnya, Mao menyadari akan kekurangan atas kepemimpinannya itu karena tidak dapat menyeimbangkan pembangunan industri dan pertanian hingga perkiraan tahun 1958-1959, Mao meluncurkan program Lompatan Jauh ke Depan (the Great Leap Forward).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas dorongan Mao, kelompok paramiliter yang menamakan dirinya Tentara Merah (Red Guards) menyerang kaum intelektual borjuis. Setidaknya ada 1 juta jiwa tewas. Sementara itu, the Great Leap Forward yang dielu-elukan Mao dapat meningkatkan kesejahteraan justru menyebabkan China menderita kelaparan, infrastruktur rusak, krisis ekonomi dan China diabaikan oleh negara-negara lain.
Pada 1960, ekonomi China memiliki nilai sebesar US$ 59 miliar, angka itu tak sebanding dengan AS yang bernilai US$ 543 miliar. Namun pada awal tahun 1972, Amerika memutuskan untuk merayu Mao dan memanfaatkan keretakan antara Mao dan rekan-rekan komunisnya di Uni Soviet.
Presiden AS saat itu, Richard Nixon merupakan presiden pertama yang mengunjungi China. Nixon berharap bisa menggalakkan demokrasi ala Amerika di China namun hingga Mao meninggal pada 1976, sistem autokrasinya (diktator) tetap hidup.
Kemudian pada 1978 kepemimpinan China diambil alih oleh Deng Xiaoping. Dia menegaskan Partai Komunis tidak akan melepaskan kekuasaan. Berbeda dengan Mao, Deng Xiaoping saat itu mempertimbangkan untuk menyambut negara Barat jika itu bisa menghasilkan profit atau keuntungan.
Pada Februari 1749, Deng berpartisipasi dalam rodeo (pertunjukkan menunggangi banteng liar di AS). Dia menjadi pemimpin China pertama yang berkeliling AS bahkan mendapatkan tour VIP ke NASA.
Alasan kunjungan Deng ke China sekaligus memberikan sinyal ke dunia bahwa komunis China terbuka untuk kegiatan berbisnis. Secara tidak langsung, komunis China kembali ke panggung internasional.