Terlilit Utang Jumbo, Angkasa Pura I Sasar Rp 3,8 T dari Perampingan

Terlilit Utang Jumbo, Angkasa Pura I Sasar Rp 3,8 T dari Perampingan

Siti Fatimah - detikFinance
Senin, 06 Des 2021 13:35 WIB
PT Angkasa Pura I memprediksi kenaikan jumlah penumpang pada liburan Nataru 2021 sebesar 25 persen. Atau berkisar 10 ribu orang penumpang setiap harinya.
Foto: PIUS ERLANGGA

Dengan situasi trafik yang menurun sekaligus tekanan keuangan, Angkasa Pura I juga dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara.

Untuk diketahui, pengembangan dan pembangunan bandara baru itu menyedot keuangan Angkasa Pura I hingga belasan triliun. Beberapa proyek yang dimaksud di antaranya Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp 12 triliun dan Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp 2,3 triliun.

Kemudian Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebesar Rp 2,03 triliun, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebesar Rp 2,6 triliun, dan beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon, Bandara El Tari Kupang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menuturkan,seluruh pengembangan dan pembangunan bandara baru itu dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi.

Diberitakan sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (Wamen BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan kondisi keuangan PT Angkasa Pura I (Persero). Beban terberatnya adalah Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo yang baru dibangun tahun lalu.

ADVERTISEMENT

"Memang AP I sekarang tekanannya berat sekali, kondisi keuangan mereka ini sekarang utangnya mencapai Rp 35 triliun. Dan kalau kita rate, loss nya bulanan mereka Rp 200 miliar itu mereka setelah pandemi utangnya bisa Rp 38 triliun," kata Tiko, sapaan akrabnya, dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Jumat (3/12) lalu.

"Ini kami sedang terus lakukan rasionalisasi-rasionalisasi supaya bisa efisiensi dan memang beban mereka berat sekali karena bandara baru. Ini sebagai komparasi Bandara Kualanamu ini profitable dan udah cukup berumur dan seperti Yogyakarta ini beban berat sekali," sambungnya.


(fdl/fdl)

Hide Ads