Heboh soal Tapering, Apa Sih Itu? Tape Kering?

Tahukah Kamu?

Heboh soal Tapering, Apa Sih Itu? Tape Kering?

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 07 Des 2021 09:51 WIB
Melanjutkan tren positif sejak Selasa kemarin, nilai tukar rupiah menguat melawan dolar AS.
Ilustrasi/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Tapering, satu kata yang belakangan ini sedang dikhawatirkan banyak pelaku pasar. Lalu apa itu tapering? Mengapa begitu ditakutkan pelaku pasar?

Mengutip Investopedia, Selasa (7/12/2021), tapering merupakan salah satu senjata yang dimiliki bank sentral sebuah negara. Senjata itu akan menjadi menyeramkan jika digunakan bank sentral negara besar seperti Federal Reserve di Amerika Serikat (AS), karena dampaknya akan merembet ke mana-mana.

Tapering merupakan kebijakan bank sentral dengan cara mengurangi pembelian aset seperti obligasi (surat utang). Kebijakan ini merupakan kebalikan dari senjata yang namanya pelonggaran quantitative easing (QE).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

The Fed atau bank sentral AS sudah melakukan pelonggaran untuk merangsang ekonomi AS yang sebelumnya loyo dihantam pandemi COVID-19. Kebijakan yang dilakukan di antaranya penurunan suku bunga dan melakukan 'pencetakan uang' dengan membeli US treasury hingga mencapai US$ 120 miliar per bulannya.

Nah ketika kebijakan itu sudah berhasil dan ekonomi mulai membaik, untuk mencegah mesin ekonomi terlalu panas maka tapering dilakukan. Belakangan ini ada kabar bahwa tapering dipercepat.

ADVERTISEMENT

Tapering Jadi Heboh

Ya tentu saja. Jika terjadi taper tantrum, investor-investor dunia yang memiliki uang jumbo akan menarik uangnya dari negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Alasannya sederhana, yang namanya investor pasti berburu cuan. Nah ketika taper tantrum, penempatan uangnya di AS akan lebih menguntungkan bagi mereka. Sebab suku bunga acuan AS akan naik.

Ketika dana asing keluar dari Indonesia dalam jumlah besar dan terus menerus, sudah pasti akan mengguncangkan dunia investasi dan keuangan di dalam negeri. Sebab ketika para investor global yang menarik uangnya dari Indonesia, mereka membutuhkan dolar AS yang banyak.

Jika permintaan dolar AS meningkat signifikan, maka nilainya akan naik dan rupiah yang kita cintai akan semakin lemah. Ngerinya lagi, psikologis pelaku pasar akan ikut panik.

(das/ara)

Hide Ads