WHO Minta Negara G20 'Patungan' Rp 328 T buat Vaksinasi di Negara Miskin

WHO Minta Negara G20 'Patungan' Rp 328 T buat Vaksinasi di Negara Miskin

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 10 Des 2021 16:16 WIB
Scientists are done research on vaccine in laboratory with test tubes on Covid19 Coronavirus type for discover vaccine.
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/chayakorn lotongkum
Badung -

Seluruh negara di dunia saat ini sedang melaksanakan program vaksinasi COVID-19 untuk menghentikan pandemi. Senior Advisor of the Director General WHO Bruce Aylward mengungkapkan dalam hal vaksinasi ini yang harus diperhatikan adalah terkait informasi-informasi yang beredar tentang pelaksanaannya.

"Dalam hal vaksinasi, pertanyaanya bukan tentang vaksin bekerja atau tidak. Tapi kadang saat ini ada informasi yang membingungkan terkait vaksin tersebut," kata dia dalam konferensi pers, di Nusa Dua, Bali (10/12/2021).

Dia mengungkapkan, dalam Presidensi G20 di Indonesia ini juga dibahas terkait masalah varian baru yang saat ini sedang terjadi, yaitu Omicron.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bruce mengungkapkan WHO berupaya untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah untuk menyelesaikan masalah vaksinasi. Dalam Presidensi G20, WHO juga meminta negara-negara bisa menutup kesenjangan finansial dalam penanganan pandemi dengan menyediakan dana US$ 23 miliar atau Rp 328 triliun (kurs Rp 14.300).

"Ini butuh investasi US$ 23 miliar untuk akselerator tahun ini. Hal ini sangat krusial yang harus ditangani," ujar dia.

ADVERTISEMENT

Dia mengungkapkan dana itu nantinya bisa digunakan oleh negara berpenghasilan rendah untuk mendapatkan tingkat pengujian, vaksinasi, dan pengobatan COVID-19 dengan standar yang cukup tinggi.

Banyak negara dengan tingkat vaksinasi rendah. Cek halaman berikutnya.

Memang kesenjangan penanganan pandemi terutama distribusi vaksin ini masih sangat terasa untuk negara yang berpenghasilan rendah. Dia menjelaskan banyak negara berpenghasilan rendah yang memiliki tingkat vaksinasi di bawah 40% dari populasinya padahal arahan dari WHO vaksinasi dosis kedua harus mencapai 40% dari total penduduk akhir tahun ini.

"Negara-negara terlemah adalah tempat virus akan mengambil keuntungan untuk kembali menyebabkan masalah baru," kata dia.

Bruce menambahkan pemulihan ekonomi tidak akan terjadi selama dunia masih memiliki kesenjangan dalam merespons dan menangani COVID-19. Tak hanya itu, ia menegaskan dunia tidak akan memiliki pertumbuhan berkelanjutan berjangka panjang tanpa memperbaiki kesenjangan dalam kapasitas mengelola COVID-19.

Ia percaya anggota G20 akan mampu menyediakan dana sebesar US$ 23 miliar mengingat negara-negara yang menjadi anggota memiliki kontribusi besar dalam perekonomian dunia.



Simak Video "Alasan WHO Izinkan Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 India 'Covaxin'"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads