Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui saat menjabat stres memikirkan rasio jurang antara si kaya dan si miskin alias gini rasio. Hal itu disampaikan Jokowi saat menghadiri Pembukaan Kongres Ekonomi Umat Islam Ke-II.
Saat Jokowi pertama kali menjadi Presiden, gini rasio RI masih 0,41. Sementara saat ini sudah turun menjadi 0,39.
"Ya saya juga, dipikir saya nggak kepikiran? Gini rasio waktu saya masuk 0,41 lebih. Kepikiran bapak ibu sekalian. Gap seperti itu kepikiran," tuturnya disiarkan melalui kanal YouTube Official TVMUI, Jumat (10/12/2021).
Jokowi mengaku banyak memikirkan cara menurunkan gini rasio karena dia mengaku pernah merasakan menjadi orang miskin. Dia mengakui bahwa menjadi orang miskin tidak enak.
"Jangan dipikir saya nggak kepikiran, kepikiran. Karena saya merasakan jadi orang susah. Saya merasakan betul. Dan enak menjadi orang yang tidak susah memang," tuturnya.
Pernyataan Jokowi itu menjawab pernyataan dari Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas yang memberikan pidato sebelum Jokowi di acara yang sama.
Anwar Abbas mengakui memang indeks ketimpangan atau gini ratio di era Jokowi memang menurun. Dari 0,41 sebelum Jokowi menjabat, kini sudah berada di posisi 0,39.
Namun dia melontarkan kritik, bahkan ketimpangan di bidang pertanahan masih sangat dalam jurangnya. Dia menyebut saat ini 1% penduduk Indonesia menguasai 59% lahan yang ada di Indonesia.
"Cuman dalam bidang pertanahan, indeks gini kita sangat memprihatinkan itu 0,59. Artinya 1% penduduk menguasai 59% lahan yang ada di negeri ini. Sementara yang jumlahnya sekitar 99% itu hanya menguasai 41% lahan yang ada di negeri ini," tuturnya.
Simak video 'Kontras: Jokowi Masih 'Gelar Karpet Merah' untuk Pelanggar HAM Berat':
(das/ara)