Airlangga Beberkan Jasa Komoditas Sawit ke Ekonomi RI

Airlangga Beberkan Jasa Komoditas Sawit ke Ekonomi RI

Atta Kharisma - detikFinance
Sabtu, 18 Des 2021 22:35 WIB
Airlangga Hartarto
Foto: dok. Kemenko Perekonomian
Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan penguasaan pangsa pasar minyak sawit dunia oleh Indonesia telah mencapai 58%. Hal ini ia sampaikan dalam Webinar Nasional Kelapa Sawit 'Kontribusi Aktif Kelapa Sawit dalam Mendukung Green Economy Nasional' yang diselenggarakan Warta Ekonomi.

"Tentu seharusnya Indonesia sudah menjadi price leader, bukan price taker," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/12/2021).

Ia menjelaskan sektor pertanian yang mencakup komoditas kelapa sawit juga turut andil dalam pemulihan ekonomi nasional. Hal ini terlihat lewat kinerja ekspor pada Q2-2021 yang tercatat tumbuh tinggi yakni 31,78% (YoY), yang mana berarti kelapa sawit telah berkontribusi sebesar 13% terhadap ekspor non-migas Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga Crude Palm Oil (CPO) international juga terus mengalami kenaikan hingga mencapai USD 1.100 per MT. Kenaikan ini berdampak pada membaiknya Nilai Tukar Petani (NTP)>103,4 dan sejalan dengan meningkatnya harga TBS yang berkisar 1.800- 2.100 per kilogram.

Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan industri kelapa sawit nasional telah berkontribusi mengentaskan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja untuk lebih dari 16 juta pekerja.

ADVERTISEMENT

"Dengan kata lain, industri kelapa sawit merupakan sektor strategis bagi perekonomian masyarakat yang perlu dikawal tidak hanya oleh Pemerintah saja, namun oleh semua komponen masyarakat," tuturnya.

Pemerintah saat ini terus mengembangkan kebijakan yang mendorong domestic demand dari produk sawit, antara lain melalui pengembangan biodiesel (B30) sebagai salah satu alternatif BBM untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis fosil. Program B30 telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk sekitar 23,3 juta ton karbon dioksida (CO2) pada tahun 2020.

Simak Video: Permintaan Ekspor Tinggi Jadikan Sawit Penopang Perkonomian Bangka Belitung

[Gambas:Video 20detik]




Pemerintah pun berkomitmen untuk mendukung program B30 pada tahun 2021 dengan tujuan menjaga stabilitas harga CPO. Dengan target alokasi penyaluran sebesar 9,2 juta KL, komitmen Pemerintah ini dapat menghemat devisa sebesar USD 8 miliar akibat dari berkurangnya impor solar.

Selain itu, pada tahun 2021 ini Pemerintah juga tetap berkomitmen untuk melakukan peremajaan (replanting) sebanyak 180 ribu hektar kebun kelapa sawit milik petani. Upaya ini dilakukan guna meningkatkan produktivitas kebun sawit rakyat dengan umur tanaman tua yang produktivitasnya kurang dari 3-4 ton/ha.

Replanting dilakukan dengan penggunaan bibit unggul dan penerapan Good Agricultural Practices (GAP), sehingga terjadi peningkatan produktivitas kebun kelapa sawit yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatannya secara optimal.

Pemerintah juga berupaya meningkatkan kelayakan minyak sawit Indonesia lewat Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia atau Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). ISPO merupakan bentuk penegasan komitmen Indonesia dalam mengurangi deforestasi dan emisi gas rumah kaca dari sektor kelapa sawit.

Terkait dengan diskriminasi terhadap kelapa sawit Indonesia, Airlangga mengatakan pemerintah serta stakeholder kelapa sawit Indonesia telah melakukan berbagai upaya dengan melakukan aksi diplomasi, advokasi dan positive campaign atau counter terhadap berbagai negative campaign yang ditujukan kepada minyak sawit Indonesia.

Ia pun menjelaskan pemerintah terus mengembangkan penyamaan persepsi dan narasi bersama terkait kelapa sawit Indonesia berdasarkan scientific evidence.

"Namun berbagai upaya tersebut akan lebih kuat dampaknya apabila didukung oleh pemberitaan atau publikasi oleh media," pungkasnya.


Hide Ads