Ini yang Bikin China Ketar-ketir di 2022

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 31 Des 2021 10:14 WIB
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Sekarang ini tingkat konsumsi/permintaan barang di China masih melemah sejak pandemi. Hal ini tentu membuat kondisi perekonomian China menjadi semakin tidak kondusif, terlebih usai mengalami inflasi dan krisis energi.

Melansir dari CNBC, Jumat (31/12/2021), hal ini tentu membuat para pemimpin di Beijing menjadi sedikit was-was. Sebab belanja konsumen juga merupakan sektor yang dipertaruhkan oleh sebagian besar bisnis dan investor di China karena mereka memperkirakan daya beli kelas menengah China akan tumbuh di tahun-tahun mendatang.

Pada pertemuan perencanaan ekonomi bulan ini, dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi China sedang menghadapi 'tekanan tiga kali lipat' dari menyusutnya permintaan, guncangan pasokan dan melemahnya ekspektasi.

"Masalah inti dari 'tekanan tiga kali lipat' ini masih melemahnya permintaan atau permintaan yang tidak mencukupi," kata Wang Jun selaku kepala ekonom di Zhongyuan Bank.

"Jika permintaan meningkat, maka ekspektasi akan meningkat," jelasnya lagi.

Wang Jun menjelaskan bahwa alasan utama mengapa pembangunan ekonomi China tidak dapat dipertahankan tercermin dari melemahnya permintaan, khususnya dampak negatif pandemi terhadap pendapatan masyarakat.

Selain itu ketidakpastian masyarakat atas pekerjaan dan pendapatan yang bisa mereka dapatkan semakin mengurangi keinginan orang untuk berbelanja. Padahal pemulihan tingkat belanja konsumen masyarakat China sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kestabilan ekonomi Negeri Tirai Bambu itu.

"Bagaimana konsumsi pulih tahun depan akan memiliki dampak yang sangat besar pada ekonomi," Jianguang Shen, kepala ekonom di perusahaan e-commerce China JD.com.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Shen mengatakan pihak berwenang China dapat meningkatkan konsumsi dengan mengikuti contoh Hong Kong dalam menawarkan voucher.

Pemberian voucher dari pemerintah ini secara tidak langsung akan memaksa pembelanjaan konsumen pada bisnis tertentu seperti hotel, yang didorong lebih lanjut oleh struktur berjenjang yang tidak akan membuka voucher berikutnya hingga voucher pertama habis masa berlakunya atau habis.




(das/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork