Ekonom senior Faisal Basri mengkritisi melejitnya ekspor kelapa sawit, batu bara hingga besi dan baja. Menurutnya ekspor tersebut berada di cengkraman elit.
"Hasil sementara dari cengkraman oligarki itu tercermin dari kontribusi ekspor dari tiga komoditi. Yang pertama itu sebagian besar sawit ekspornya sampai November US$ 30 miliar. Kemudian yang kedua HS 27 itu batu bara US$ 30 miliar juga, sudah pasti lewat lah ya sampai akhir tahun. Dan yang ketiga adalah smelter China US$ 18 miliar," katanya dalam diskusi virtual, Jumat (31/12/2021).
Dia menyebut ketiga komoditas tersebut kontribusinya terhadap penerimaan ekspor nasional hampir mencapai 40% sendiri
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi yang menikmati ini semua adalah 3 kelompok ini yang dikuasai para oligar. HS 27 (batu bara) ini tahun ini pendapatan dari ekspornya Rp 500 triliun. Kalau 10% saja mengucur ke roda politik, Rp 50 triliun sudah bisa mempresidenkan siapa saja. Mereka tidak bayar pajak ekspor," tutur Faisal Basri.
Menurut hitung-hitungannya seharusnya pemerintah bisa memperoleh penerimaan Rp 118 triliun andai saja menegakkan pungutan ekspor batu bara, seperti yang diberlakukan di CPO yang dikenakan pungutan ekspor.
"Jadi pemerintah saya hitung bisa dapat Rp 118 triliun dari sini kalau menegakkan Undang-undang Dasar 1945, dan untuk kemakmuran rakyat, dan negara diwajibkan untuk mengatur agar windfall dari batu bara ini dinikmati oleh rakyat juga dengan cara mengenakan pajak ekspor 25% misalnya, Rp 118 triliun itu sebagaimana diterapkan di CPO. CPO kan bayar pajak ekspor dan bea sawit, nilainya ratusan triliun tahun ini," tambah Faisal Basri.
(toy/fdl)