Sarman juga menyoroti bila kondisi pandemi COVID-19 masih terus berjalan di tahun 2024, nampaknya tahapan pilpres pun akan sulit menghindari terjadinya kerumunan massa yang berpotensi menjadi kluster penularan COVID-19.
Dia mengatakan pengusaha meminta hal seperti ini juga menjadi pertimbangan apakah memang pengunduran pilpres menjadi solusi terbaik. Baik dari sisi pengendalian penularan COVID-19, maupun percepatan pemulihan perekonomian nasional.
"Tentu sepenuhya menjadi kewenangan Pemerintah. Dunia usaha dapat memahami jika memang hal menjadi pilihan yang akan diambil," ujar Sarman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Bahlil Lahadalia mengatakan dunia usaha setuju apabila pemilihan presiden diundur dari 2024. Dengan begitu, tak akan banyak proses peralihan kepemimpinan di Indonesia.
"Kalau dicek di dunia usaha rata-rata mereka memang berpikir adalah bagaimana proses demokrasi ini dalam konteks peralihan kepemimpinan kalau memang ada ruang dipertimbangkan untuk dimundurkan ini jauh lebih baik. Ini hasil diskusi kami," kata Bahlil dalam paparan survey Indikator Politik Indonesia, dikutip dari siaran YouTube, Senin (10/1/2022).
Adapun alasan untuk memundurkan pemilu adalah peralihan kepemimpinan usai pemilihan umum dapat membuat ketidakpastian pada dunia usaha. Dia menilai dunia usaha saat ini sedang bangkit dari keterpurukan karena masalah pandemi. Isu politik yang terjadi bila pemilihan umum dilakukan dalam waktu dekat dapat mengganggu pemulihan usaha.
"Kenapa? Karena mereka baru selesai babak belur dari persoalan kesehatan. Dunia usaha baru mau naik, baru mau naik, eh ditimpa lagi isu politik," ujar Bahlil.
Simak Video "Bahlil Klaim Rata-rata Pelaku Usaha Setuju Pilpres 2024 Diundur"
[Gambas:Video 20detik]
(hal/ang)