Investor Cuan! Harga Emas Diramal Masih Cerah Tahun Ini

Investor Cuan! Harga Emas Diramal Masih Cerah Tahun Ini

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 11 Jan 2022 18:45 WIB
Petugas menunjukan emas imitasi di gerai Antam di kawasan Jakarta Pusat, Senin (18/1/2021). Hari ini saham ANTM turun cukup dalam hingga 6,73%.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Harga emas diproyeksi bisa menguat pada tahun ini. Hal ini didorong pemulihan ekonomi global hingga pengembangan teknologi baterai listrik.

Analis Pasar GK Invest, Lukman Hakeem mengatakan, selain emas beberapa komoditas lain seperti nikel, bauksit, alumunium dan perak juga berpotensi naik.

"Nikel yang menjadi penyumbang kedua pendapatan utama ANTM di bawah emas, diperkirakan akan cukup solid harganya di tahun ini. Harga berpeluang naik didorong oleh pemulihan ekonomi global, perkembangan teknologi baterai listrik, serta kebijakan pemerintah termasuk produsen nikel lainnya seperti China dan Filipina," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (11/1/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia pun memperkirakan, kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan mengalami kenaikan di tahun ini. Hal itu tercermin dari kinerja perusahaan yang baik di tahun sebelumnya.

"Pasalnya terdapat sejumlah faktor yang bisa mendorong kenaikan harga saham ANTAM di tahun 2022 ini. Berkaca pada pendapatan perusahaan, di mana sepanjang 2021, pendapatan perusahaan naik di atas Rp 28 triliun. Pada tahun ini, pendapatan diperkirakan akan naik bisa mencapai Rp 35 triliun," katanya.

ADVERTISEMENT

Peningkatan pendapatan ini ditopang oleh potensi kenaikan sejumlah harga komoditas logam yang menjadi sumber pendapatan utama perusahaan. Di tahun 2022, harga komoditas logam diperkirakan masih akan positif meski dengan laju kenaikan yang beragam.

Dia menambahkan, walaupun terdapat banyak prospek positif namun masyarakat dan investor tetap harus memerhatikan volatilitas harga logam dunia, khususnya emas dan nikel yang berpotensi menggerus target keuntungan perusahaan.

"Para investor dan pelaku pasar harus mewaspadai penurunan harga yang terjadi pada harga nikel akibat pelonggaran kebijakan ekspor dan penurunan harga emas akibat penguatan dolar sebagai buntut rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat," terang Lukman.

Harga emas dunia saat ini pada kisaran US$ 1.800 di mana terdapat potensi koreksi jangka menengah. Rencana kenaikan suku bunga AS pada semester kedua tahun ini, akan menjadi sentiment negatif harga emas yang berpeluang menekan hingga ke kisaran harga US$ 1.600.

"Namun demikian, harga emas dunia juga menyimpan amunisi bagi kenaikan harga lebih lanjut, pada kisaran U$ 1.900 hingga US $ 2.000, mengingat adanya kekhawatiran investor terkait dengan inflasi yang tinggi, khususnya di AS. Laju inflasi yang meroket di atas perkiraan sebelumnya, menimbulkan ancaman gangguan pemulihan ekonomi AS dan dunia yang tengah berusaha bangkit dari pukulan wabah COVID-19 dalam dua tahun ini," terangnya.




(acd/zlf)

Hide Ads