Amerika Serikat (AS) sedang menghadapi inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Diketahui bahwa saat ini Negeri Paman Sam itu sedang menghadapi kenaikan inflasi hingga 7% dalam setahun terakhir.
Melansir dari BBC, Kamis (13/1/2021), permintaan yang kuat dan pasokan yang langka untuk barang-barang utama seperti mobil, rumah, hingga produk lain di pasaran telah menjadi salah satu alasan terjadinya kenaikan inflasi tersebut.
Menurut laporan dari Departemen Tenaga Kerja, kenaikan indeks harga konsumen (IHK) AS pada Desember kemarin telah menjadi bulan ketiga berturut-turut di mana tingkat inflasi tahunan AS telah melayang di atas 6%. Terakhir kali laju inflasi melebihi tingkat itu adalah tahun 1982.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat kondisi ini, Bank Sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga tahun ini. Sebab dengan kenaikan biaya pinjaman ditujukan untuk mengurangi permintaan dengan membuat pembelian seperti mobil dan rumah menjadi lebih mahal. Dengan demikian, permintaan akan barang akan mulai menurun dan menjaga angka IHK AS.
"Ini terbukti lebih sulit daripada yang kami harapkan untuk mengakhiri pandemi," kata kepala bank sentral Amerika, Jerome Powell, kepada Kongres pada Selasa (11/1) kemarin.
Powell telah berjanji untuk menjaga inflasi dengan menaikkan suku bunga. Meski demikian, ia memperingatkan bahwa langkah-langkah itu sejauh ini hanya dapat mengatasi masalah inflasi AS ini jika masalah rantai pasokan berlanjut.
Dengan kata lain, kebijakan kenaikan suku bunga ini hanya dapat menahan inflasi hanya untuk sementara. Powell mengatakan bahwa hingga saat ini AS masih akan mengalami krisis bila terjadi kendala lain pada rantai pasokan mereka, terutama bila terjadi penutupan baru di China.
"Omicron, apalagi jika China tetap berpegang pada kebijakan no-Covid, Omicron benar-benar dapat mengganggu rantai pasokan lagi," katanya.
Di sisi lain, seorang ekonom di Wells Fargo, Sarah House, mengatakan bahwa inflasi di AS ini tidak lagi mungkin memudar secara alami ketika pandemi mereda. House menekankan pentingnya menghadapi krisis tenaga kerja dan upah yang saat ini juga saat ini sedang meningkat.
"Meskipun laju inflasi barang yang luar biasa dan momentum dalam biaya tempat tinggal masih berakar kuat pada pandemi, pasar tenaga kerja yang semakin ketat dan tekanan upah berikutnya akan mempersulit inflasi untuk turun dengan sendirinya," katanya.
(zlf/zlf)