Kisah Bisnis Arsjad Rasjid, dari Jual Mesin EDC Belok ke Batu Bara Beraset Rp 51 T

Kisah Bisnis Arsjad Rasjid, dari Jual Mesin EDC Belok ke Batu Bara Beraset Rp 51 T

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 21 Jan 2022 09:57 WIB
Arsjad Rasjid resmi ditetapkan menjadi Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Periode 2021-2026 melalui Musyawarah Nasional (Munas) ke-VIII, di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (1/7/2021)
Arsjad Rasjid/Foto: Agus/KADIN
Jakarta -

Arsjad Rasjid seorang pengusaha Tanah Air yang memiliki perjalanan karier cukup cemerlang. Kerja kerasnya turut mengantarkannya menjadi Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.

Pria kelahiran 16 Maret 1970 itu berasal dari ayah berlatar belakang militer dan pengusaha. Hal itu menjadikannya tumbuh sebagai pribadi mandiri dan pantang menyerah hingga mengantarkannya menjadi Direktur Utama PT Indika Energy Tbk.

Sejak usia 9 tahun Arsjad sudah dituntut mandiri dengan ditempatkan sekolah dasar (SD) di Singapura. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikan di San Marino, Amerika Serikat (AS). Selama menempuh pendidikan di sana, dia bertemu dengan Agus Lasmono Sudwikatmono, pendiri Indika Energy untuk pertama kalinya. Perkenalan keduanya terbilang menarik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu itu saya juga nggak tahu siapa dia terus terang. Bayangin nih awal datang di asrama kebetulan ibu saya nganterin, saya bawa koper turun dari mobil, ibu ngurusin administrasi, terus ada 2-3 orang duduk, mereka langsung bantuin, ada bule di situ. Ternyata yang saya pikir orang Filipina itu Agus Sudwikatmono," kata Agus dalam Blak-blakan detikcom yang tayang Jumat (21/1/2022).

Setelah menyelesaikan kuliah pada 1995, Arsjad dan Agus kembali ke Indonesia dan pertama kali bisnis bareng bernama PT Prabu Wahana, yang merupakan cikal bakal Indika saat ini. Di awal perintisannya, bisnis itu hanya bergerak di bidang multimedia.

ADVERTISEMENT

Kemudian seiring waktu, nama Prabu Wahana berganti jadi Indika yang merupakan kepanjangan dari Industri Multimedia dan Informatika. Lewat payung Indika, mereka kemudian mendirikan perusahaan bernama Indika Piranti Solusindo yang saat itu masih seputar kartu kredit, pembuatan smart card dan penjualan mesin Electronic Data Capture (EDC).

"Berjalan juga tuh bisnis lumayan lah dari 1995 mulai itu, terus dari situ laku lah dikit-dikit. Setelah itu 1997-1998 krisis kan, dunia berubah, brutal, hitam semua nggak tahu apa yang dilihat," bebernya.

Krisis moneter yang melanda pada 1998 bersamaan dengan ayah Agus, Sudwikatmono yang jatuh sakit. Arsjad lalu turut membantu membereskan perusahaan milik pengusaha Indonesia itu yang direstrukturisasi BPPN.

Lanjut halaman berikutnya.

Kemudian pada sekitar 2002, Arsjad dan Agus berniat membangun pembangkit listrik tapi terkendala modal. Akhirnya mereka memutuskan pergi ke Tiongkok untuk mencari rekanan.

Di sana, keduanya mendapat peluang dari perusahaan yang sedang mencari batu bara untuk pembangkit listrik. Peluang itu dibaca Arsjad dengan baik hingga membuatnya segera mencari tambang batu bara, meski terkendala modal.

Tidak pantang menyerah, Arsjad datangi setiap perusahaan batu bara besar di Indonesia, lalu bertemu PT Kideco Jaya Agung. Dirinya ditawarkan ikut proses divestasi dan menang hingga dapat dukungan pembiayaan dari perbankan Korea.

Kejadian itulah yang pertama kali membuat Arsjad dan Agus berkecimpung di industri batu bara hingga kemudian melahirkan Indika Energy. Sebagai permulaan, di 2002-2004 pihaknya merekrut para profesional untuk menjalankan bisnis tersebut.

"Setelah kontraknya abis, kita ngobrol lah gimana nih, udah lah nggak usah pakai profesional, kita aja, itu 2005 saya ingat akhirnya duduk lah saya sebagai direktur utama yang akhirnya jadi Indika Energy," jelasnya.

Kini, Indika Energy menjadi salah satu perusahaan besar batu bara di Tanah Air. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, hingga Juni 2021 jumlah asetnya mencapai US$ 3,59 miliar atau setara Rp 51,2 triliun (kurs Rp 14.283) yang terdiri atas liablitas senilai US$ 2,70 miliar dan ekuitas senilai US$ 888,18 juta.


Hide Ads