Kemudian pada sekitar 2002, Arsjad dan Agus berniat membangun pembangkit listrik tapi terkendala modal. Akhirnya mereka memutuskan pergi ke Tiongkok untuk mencari rekanan.
Di sana, keduanya mendapat peluang dari perusahaan yang sedang mencari batu bara untuk pembangkit listrik. Peluang itu dibaca Arsjad dengan baik hingga membuatnya segera mencari tambang batu bara, meski terkendala modal.
Tidak pantang menyerah, Arsjad datangi setiap perusahaan batu bara besar di Indonesia, lalu bertemu PT Kideco Jaya Agung. Dirinya ditawarkan ikut proses divestasi dan menang hingga dapat dukungan pembiayaan dari perbankan Korea.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kejadian itulah yang pertama kali membuat Arsjad dan Agus berkecimpung di industri batu bara hingga kemudian melahirkan Indika Energy. Sebagai permulaan, di 2002-2004 pihaknya merekrut para profesional untuk menjalankan bisnis tersebut.
"Setelah kontraknya abis, kita ngobrol lah gimana nih, udah lah nggak usah pakai profesional, kita aja, itu 2005 saya ingat akhirnya duduk lah saya sebagai direktur utama yang akhirnya jadi Indika Energy," jelasnya.
Kini, Indika Energy menjadi salah satu perusahaan besar batu bara di Tanah Air. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, hingga Juni 2021 jumlah asetnya mencapai US$ 3,59 miliar atau setara Rp 51,2 triliun (kurs Rp 14.283) yang terdiri atas liablitas senilai US$ 2,70 miliar dan ekuitas senilai US$ 888,18 juta.
(aid/fdl)