Bahayanya Flexing Alias Pamer Sok Kaya di Medsos tapi Pakai Utang!

Bahayanya Flexing Alias Pamer Sok Kaya di Medsos tapi Pakai Utang!

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 21 Jan 2022 19:30 WIB
Pelanggoran PPKM membuat para orang kaya kembali melakukan aktivitas dan hobi mewahnya. Salah satunya konvoi dengan Moge dan mobil sport premium.
Ilustrasi Pamer Kekayaan (Foto: Rengga Sencaya/detikcom)
Jakarta -

Flexing merupakan fenomena ketika orang gemar pamer kekayaan. Mulai dari pamer barang-barang mahal di sosial media, pakai barang-barang branded, jalan-jalan ke luar negeri hingga makan di restoran mewah.

Ya flexing mungkin sah-sah saja jika memang benar memiliki uang. Tapi yang bahaya jika doyan pamer di luar kemampuan finansial, akhirnya pakai fasilitas utang.

Apalagi di era kemajuan teknologi saat ini, fasilitas utang muncul dengan berbagai model. Mulai dari kartu kredit, pay later, hingga pinjaman online (pinjol).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho menjelaskan, menggunakan fasilitas utang sebenarnya sah-sah saja jika untuk keperluan mendesak.

"Menurut saya apakah pay later selalu berdampak buruk enggak juga. Misalnya sekarang akhir bulan belum gajian, tiba-tiba orangtua sakit, harus pulang dan misalnya rumah di Balikpapan, harus naik pesawat, tapi duit lagi bokek. Ya mau nggak mau supaya saya bisa pulang dengan cepat ya ambil pay latter ini. Kalau seperti itu ya oke, karena sesuai fungsi yang lebih proper," terangnya saat dihubungi detikcom, Jumat (21/1/2022).

ADVERTISEMENT

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Namun, jika fasilitas utang itu digunakan untuk flexing, hanya untuk pamer-pamer di medsos tentunya sangat berbahaya. Sebab artinya aksi pamer yang dilakukan sudah melebihi kemampuan finansialnya.

"Apabila tujuannya untuk flexing, untuk ngakunya healing atau hanya untuk pencitraan saja, demi mengisi konten di sosmed, bahaya. Karena kita hanya akan terjebak, uang kita hanya muter untuk bayar pay later itu saja. Kadi kita mengonsumsi hal-hal yang sebenarnya sudah di luar kemampuan kita," terangnya.

"Karen ya kenapa alasannya pakai pay later, pakai kartu kredit demi mengejar kesenangan saat ini. Tapi kita harus bayar utang kita di kemudian hari. Kadang ada orang seperti itu, sebenarnya dihitung penghasilannya sudah minus, tapi dipaksain lagi lewat pay later untuk kepentingan yang tidak urgent," tambahnya.

Untuk flexing sendiri menurut Andy jika dimanfaatkan oleh pebisnis, terutama pebisnis jaringan seperti multi level marketing (MLM) sebenarnya sah juga dilakukan. Sebab memang tujuannya untuk menggaet orang lain agar mau bergabung dengan bisnis MLM-nya.

Namun jika flexing dengan alasan hanya ingin pamer semata di media sosial, apalagi untuk mendapatkan perhatian lawan jenis, lebih baik tidak dilakukan.

"Apabila tujuannya hanya sekadar untuk mendapatkan likes atau follower yang banayk di sosmed, atau untuk sekadar menggaet lawan jenis, menurut saya kurang tepat. Karena ibarat kata kita hanya memaksakan diri untuk terlihat kaya saja. Ya bisa dibilang tidak ada kompensasi atau imbalan material yang sepadan yang bisa kita dapatkan. Karena ya kita hanya sekadar membuat persepsi ataupun pencitraan saja di masyarakat atau di sosial media," tutupnya.


Hide Ads