Namun, jika fasilitas utang itu digunakan untuk flexing, hanya untuk pamer-pamer di medsos tentunya sangat berbahaya. Sebab artinya aksi pamer yang dilakukan sudah melebihi kemampuan finansialnya.
"Apabila tujuannya untuk flexing, untuk ngakunya healing atau hanya untuk pencitraan saja, demi mengisi konten di sosmed, bahaya. Karena kita hanya akan terjebak, uang kita hanya muter untuk bayar pay later itu saja. Kadi kita mengonsumsi hal-hal yang sebenarnya sudah di luar kemampuan kita," terangnya.
"Karen ya kenapa alasannya pakai pay later, pakai kartu kredit demi mengejar kesenangan saat ini. Tapi kita harus bayar utang kita di kemudian hari. Kadang ada orang seperti itu, sebenarnya dihitung penghasilannya sudah minus, tapi dipaksain lagi lewat pay later untuk kepentingan yang tidak urgent," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk flexing sendiri menurut Andy jika dimanfaatkan oleh pebisnis, terutama pebisnis jaringan seperti multi level marketing (MLM) sebenarnya sah juga dilakukan. Sebab memang tujuannya untuk menggaet orang lain agar mau bergabung dengan bisnis MLM-nya.
Namun jika flexing dengan alasan hanya ingin pamer semata di media sosial, apalagi untuk mendapatkan perhatian lawan jenis, lebih baik tidak dilakukan.
"Apabila tujuannya hanya sekadar untuk mendapatkan likes atau follower yang banayk di sosmed, atau untuk sekadar menggaet lawan jenis, menurut saya kurang tepat. Karena ibarat kata kita hanya memaksakan diri untuk terlihat kaya saja. Ya bisa dibilang tidak ada kompensasi atau imbalan material yang sepadan yang bisa kita dapatkan. Karena ya kita hanya sekadar membuat persepsi ataupun pencitraan saja di masyarakat atau di sosial media," tutupnya.
(das/dna)