Selama dipimpin Khofifah Indarparawansa, perekonomian Provinsi Jawa Timur dinilai terkendali. Menurut President Director Center for Banking Crisis (CBC) Deni Daruri Inflasi pada 2019 sebesar 2,12 persen turun ketimbang inflasi pada 2018 sebesar 2,86 persen. Setahun menjabat, inflasi tetap bisa diturunkan menjadi 1,44 persen.
Tahun lalu, inflasi di Jawa Timur semakin terkendali. Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, mencatat pada Oktober 2021, Jawa Timur mengalami inflasi 0,18 persen setelah bulan sebelumnya mengalami deflasi 0,11 persen.
Di era pandemi COVID-19, indikator Kesehatan perekonomian dilihat dari besarnya produksi listrik. "China yang katanya mau menjadi negara adi daya, produksi listriknya terseok-seok di era Covid, sementara itu Jawa Timur produksi listrik di bawah kepemimpinan gubernur Khofifah terus menanjak tinggi," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat Khofifah menjadi gubernur Jatim pada 2019 produksi listrik meningkat menjadi 39,41 juta Mwh. Jauh di atas 2018 sebesar 37,86 Mwh. Sementara pada 2020, naik lagi menjadi 39,61 Mwh.
"Hal ini tidak mudah karena dibandingkan dengan DKI Jakarta, Jawa Timur adalah bagaikan A 380 sedangkan DKI Jakarta dapat disamakan dengan Cesna, mengingat penduduk Jawa Timur adalah nomor dua terbesar di Indonesia, Jateng sinonim dengan A 300," papar Deni, Jakarta, Selasa (25/1).
"Di era Khofifah, ubi jalar memiliki produktivitas yang sangat tinggi yaitu sebesar 278,7 kw/ha dan produksinya juga meningkat menjadi 283,6 ribu ton tahun 2020, dari sebelumnya 236,3 ribu ton tahun 2019," sambung Deni.
Masih kata Deni, indeks pembangunan manusia (IPM) selalu meningkat. Pada 2019 sebesar 71,5, di mana pada 2018 sebesar 70,77. Sedangkan 2020, IPM meningkat menjadi 71,71. Peningkatan pertumbuhan IPM pada 2021, dipengaruhi membaiknya sejumlah indikator pembentuknya, baik indeks kesehatan, indeks pendidikan, maupun indeks pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan.