Biji Kopi di Masa Depan Diprediksi Bakal Langka, Ada Apa Nih?

ADVERTISEMENT

Biji Kopi di Masa Depan Diprediksi Bakal Langka, Ada Apa Nih?

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Kamis, 27 Jan 2022 10:00 WIB
Petani memanen kopi arabika Gayo di Takengon, Aceh Tengah, Aceh.
Ilustrasi/Foto: ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA
Jakarta -

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal ilmiah Plos One, dikatakan bahwa perubahan iklim akan mempersulit penanaman kopi Arabika di tahun-tahun mendatang. Bila prediksi ini benar terjadi, maka di masa mendatang biji kopi dapat mengalami kelangkaan.

Melansir dari CNN, Kamis (27/1/2022), studi ini meneliti bagaimana kondisi penanaman kopi akan berubah pada tahun 2050 berdasarkan proyeksi perubahan iklim dari beberapa model iklim global.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kopi akan "secara drastis" kurang cocok untuk dibudidayakan di daerah penghasil kopi saat ini pada tahun 2050 karena dampak perubahan iklim. Akibatnya, kopi arabika yang digunakan oleh Starbucks dan penjual kopi besar lainnya sudah merupakan tanaman rewel yang membutuhkan kondisi khusus untuk berkembang.

Untuk saat ini daerah yang paling cocok untuk pertumbuhan kopi adalah di Amerika Tengah dan Selatan, khususnya Brasil, serta Afrika Tengah dan Barat dan sebagian Asia Selatan dan Tenggara. Namun dalam 28 tahun ke depan, dampak perubahan iklim yang diproyeksikan ke daerah-daerah tersebut akan membuat mereka jauh lebih tidak ramah terhadap tanaman kopi.

"Negara-negara penghasil kopi utama yang diselidiki (Brasil, Vietnam, Indonesia, Kolombia) semuanya sangat terpengaruh oleh perubahan iklim dengan penurunan kuat di area yang sesuai ... dan peningkatan di area yang tidak sesuai pada tahun 2050," tulis laporan tersebut.

Para peneliti menyimpulkan bahwa untuk mengatasi permasalahan tersebut pihak terkait (seperti petani kopi, pemerintah, dsb.) dapat melakukan pemuliaan varietas yang lebih cocok dengan kondisi baru. Selain itu pihak terkait bisa juga beralih ke pohon Robusta yang lebih tahan perubahan iklim, meskipun menghasilkan biji yang umumnya dianggap berkualitas lebih rendah daripada biji Arabika.

"Dalam kasus terburuk, itu juga bisa berarti bahwa petani harus beralih ke tanaman lain," kata salah seorang peneliti Roman GrĂ¼ter kepada CNN.

Melihat kondisi ini, beberapa perusahaan sudah mulai bersiap untuk perubahan kondisi pertumbuhan tanaman kopi ini. Starbucks misalnya, perusahaan ini telah mendistribusikan varietas kopi tahan iklim kepada petani dan bekerja untuk melindungi hutan yang berisiko di area penanaman kopi yang penting.

(eds/eds)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT