Omicron Melonjak, Sri Mulyani Khawatir Pemulihan Ekonomi RI Tak Mulus

Omicron Melonjak, Sri Mulyani Khawatir Pemulihan Ekonomi RI Tak Mulus

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 27 Jan 2022 14:26 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hadir dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI. Rapat itu membahas pagu indikatif Kementerian Keuangan dalam RAPBN 2022
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mulai mewaspadai tingginya kasus COVID-19 varian Omicron di Tanah Air. Omicron dikhawatirkan berdampak banyak pada pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2022.

"Hari ini kita akan fokus pada perkembangan Omicron yang sudah masuk di Indonesia dan ini akan menjadi perhatian agar tidak mempengaruhi terlalu banyak kinerja dari pemulihan ekonomi utamanya kuartal I-2022," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Kamis (27/1/2022).

Berdasarkan paparannya, saat ini kasus harian dunia sudah mencapai 3,31 juta dengan tingkat kematian mencapai 8.000 kasus. Sementara kasus di Indonesia tembus 1.808.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu berharap kasus Omicron di Indonesia bisa terkendali. Jika dibandingkan dengan negara lain di dunia, kasus Omicron di Tanah Air disebut masih relatif rendah.

Berdasarkan negara, rata-rata tujuh hari di Amerika Serikat (AS) mencapai 616.600 kasus dengan kematian mencapai 2.159. Di Prancis, kasus Omicron tembus 366.200, India 312.000 kasus, Italia 162.400 kasus, dan Brasil mencapai 159.800 kasus.

ADVERTISEMENT

Sementara di Spanyol tembus 125.300 kasus, di Jerman tembus 116.600 kasus, serta Argentina mencapai 103.300 kasus.

"Di Indonesia relatif masih rendah namun kita waspada yang tinggi dengan tren kenaikan terutama Omicron dari penularan yang sudah sifatnya lokal," tutur Sri Mulyani.

Jokowi minta vaksinasi dipercepat. Cek halaman berikutnya.

Vaksinasi Dipercepat

Untuk mencegah penularan makin luas, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta seluruh jajarannya untuk mempercepat vaksinasi COVID-19 baik yang dosis primer maupun booster yang sudah dimulai sejak 12 Januari 2022.

Per 26 Januari 2022, akselerasi vaksin dosis pertama sudah diberikan kepada 182,5 juta masyarakat atau 87,63% dari jumlah populasi. Sementara akselerasi vaksin dosis kedua mencapai 125,67 juta orang atau sekitar 60,34% dari populasi.

Sri Mulyani menyebut transisi menuju endemi tidak mudah sehingga pemerintah perlu menggunakan seluruh instrumen kebijakan untuk mengkompensasi tantangan yang mungkin terjadi.

"Walau (ada) pemikiran mengenai pandemi menuju endemi transisinya ini akan kita kalibrasi, kita harus gunakan semua instrumen kebijakan secara fleksibel karena jalan menuju endemi tidak smooth. Jadi kita akan melihat termasuk perkembangan dari varian atau jenis virusnya serta kemungkinan ditemukannya vaksin maupun pengobatan yang lebih baik," tandas Sri Mulyani.


Hide Ads