Instrumen kripto dan saham mulai mulai lesu awal tahun ini. Namun emas masih tetap kinclong meski tak seperti tahun-tahun sebelumnya. Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengungkapkan memang harga emas dalam dua minggu terakhir masih berada di kisaran US$ 1.800. Bahkan level tertinggi sempat mencapai US$ 1.854 per ounce.
Ibrahim mengungkapkan pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang menyebut kemungkinan kenaikan suku bunga terjadi setiap bulan membuat investor wait and see.
Kemudian juga angka produk domestik bruto (PDB) AS tahun 2021 yang cukup bagus, sampai penyebaran Omicron dan masalah geopolitik bisa mempengaruhi harga emas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang masih di kisaran US$ 1.800, tapi kemungkinan besar minggu depan bisa naik ke angka US$ 1.835 bahkan bisa kembali ke US$ 1.850," jelas dia saat dihubungi detikcom, Jumat (28/1/2022).
Ibrahim mengungkapkan ketegangan konflik Rusia dan Ukraina ini juga bisa mempengaruhi kondisi pasar dan harga emas akan kembali terkerek.
Menurut dia emas memang merupakan salah satu instrumen yang paling aman dibandingkan dengan yang lain. Apalagi jika untuk investasi jangka panjang. Emas bisa memberikan keuntungan bagi pemiliknya.
Sebelumnya dilansir dari CNN, Jumat (28/1/2022), harga emas dunia cenderung menetap di sekitar US$ 1.800 atau sekitar Rp 25,7 juta per ounce. Bila dikonversikan ke gram 1 ounce berarti 31 gram artinya, 1 gram emas harganya mencapai Rp 827 ribuan per gram.
Emas sering dipandang sebagai komoditas yang tahan banting terhadap kenaikan suku bunga dan inflasi. Kembalinya volatilitas pasar tahun ini, yang telah merugikan pasar saham dan aset kripto, dapat menyebabkan kenaikan lebih lanjut untuk emas.
Lihat juga video 'Nabung Emas Digital Lebih Untung Karena...':