Bantu Rusia Lawan AS dan Eropa, China Sampai Korbankan Ekonominya?

Bantu Rusia Lawan AS dan Eropa, China Sampai Korbankan Ekonominya?

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 08 Feb 2022 19:00 WIB
Dampak ekonomi wabah virus corona bisa lebih buruk daripada yang diperkirakan
Foto: Ap Photo

Menurut Alexander Gabuev, rekan senior dan ketua Rusia di Program Asia-Pasifik di Carnegie Moscow Center, sudah ada beberapa bukti bahwa ketegangan dengan Barat telah memperdalam kerja sama antara China dan Rusia. Dia mengutip kesepakatan senjata, pengembangan senjata bersama, dan peningkatan jumlah latihan bersama antara kedua kekuatan.

China dinilai tidak akan rela membela Rusia sampai mengorbankan perekonomiannya.

Hingga kini pun tidak jelas seberapa jauh kerja sama kedua negara akan meluas ke kerja sama ekonomi untuk menghadapi sanksi keras AS dan Eropa. Tapi Rusia sangat bergantung pada China untuk perdagangan, meskipun tidak demikian untuk China.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rusia membutuhkan China untuk perdagangan. Namun China memiliki prioritas lain. China adalah mitra dagang nomor 1 Rusia, menyumbang 16% dari nilai perdagangan luar negerinya, menurut perhitungan CNN Business berdasarkan angka tahun 2020 dari Organisasi Perdagangan Dunia dan data bea cukai China.

Perdagangan antara kedua negara hanya 2% dari total volume perdagangan China. Uni Eropa dan Amerika Serikat memiliki nilai yang jauh lebih besar.

ADVERTISEMENT

"Beijing harus sangat berhati-hati dalam menghadapi konflik antara NATO dan Rusia atas Ukraina," kata Alex Capri, seorang peneliti di Hinrich Foundation.

"Hubungan ekonomi China saat ini dengan Rusia, termasuk kebutuhan energinya, tidak menjamin Beijing mengambil risiko keterasingan dan serangan balasan lebih lanjut dari Washington dan sekutunya. Ini bisa kembali menghantui Beijing nanti," paparnya.

Otoritas Barat tahu taruhannya tinggi untuk China. Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan Beijing bahwa invasi ke Ukraina akan menciptakan risiko keamanan dan ekonomi global yang juga dapat merugikan China.

Ekonomi China sudah berjuang, yang dapat mempersulit Beijing untuk memperdalam hubungan dengan Moskow atau bahkan memenuhi janji yang telah dibuatnya, seperti perjanjian baru-baru ini untuk meningkatkan perdagangan China-Rusia menjadi US$ 200 miliar pada tahun 2024, sekitar US$ 50 miliar per tahun.

Dana Moneter Internasional memperkirakan ekonomi China tumbuh hanya 4,8% tahun ini, turun dari 8% pada tahun 2021. Krisis real estat dan belanja konsumen yang lemah menyeret tingkat pertumbuhan ke bawah.

Singleton mengatakan bahwa krisis yang meningkat di Ukraina hampir pasti akan mengejutkan pasar energi dan logam, sehingga sangat membebani ekonomi global. Keadaan darurat semacam itu, ditambah dengan kebijakan ketat nol-COVID China dapat mempercepat perlambatan ekonomi China yang sudah cepat.


(toy/fdl)

Hide Ads