Sebanyak 21 dari 47 pelajar Tuban penerima beasiswa Pertamina Group tahun ini memasuki tahap akhir studi di program studi D-III Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas di Cepu, Jawa Tengah. Berharap langsung dipekerjakan di proyek kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban, mereka menyimpan mimpi-mimpi yang mulia.
Sebelumnya, warga Tuban ini sempat menarik perhatian publik lantaran mereka menjadi miliarder dadakan. Mereka kaya raya berkat uang ganti rugi hingga miliaran rupiah yang diberikan PT Pertamina Rosneft untuk pembangunan proyek kilang di desa mereka. Selain ganti rugi, warga di sana juga juga mendapatkan beasiswa dan jaminan kerja.
Corporate Affairs Pertamina Rosneft Yuli Wahyu Witantra mengatakan para penerima beasiswa studi D-III di PEM Akamigas tidak perlu khawatir dengan masa depan mereka, karena setelah mereka lulus bakal langsung diserap menjadi pekerja di proyek GRR Tuban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang tujuan akhir program beasiswa tersebut adalah untuk memberdayakan anak muda potensial yang tinggal di sekitar lokasi proyek agar memiliki kecakapan untuk menjadi pekerja Pertamina Rosneft. Ini adalah bagian dari komitmen kami untuk mengembangkan dan menyerap pekerja lokal," tuturnya, dalam keterangan tertulis.
Yuli menyampaikan bahwa program beasiswa tersebut ditujukan untuk meningkatkan kapasitas warga di sekitar lokasi proyek agar menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di desa masing-masing. Hingga saat ini Pertamina Rosneft telah melibatkan 1.220 pekerja lokal dalam proses pembersihan lahan (land clearing) mulai dari tahap I sampai tahap IV.
Salah seorang penerima beasiswa adalah Tin Khoirinnatul Musyarofah atau akrab disapa Inna (22). Inna semula ingin mendaftar Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN). Opsi lain, dia ingin kuliah di jurusan farmasi. Namun warga Desa Wadung ini akhirnya memilih mengambil beasiswa D-III Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas Cepu dari PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (Pertamina Rosneft).
"Awalnya, saya ingin kuliah S1. Saya ikut tes STAN dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) untuk Jurusan Farmasi di Universitas Negeri Jember. Namun musibah menerpa, yang mengubah rencana studi saya sehingga saya mengambil D-III PEM Akamigas," tutur Inna.
Di 2019 kakak Inna meninggal dunia. Selepas kepergian sang kakak, Inna menjadi tumpuan harapan ayah dan ibunya yang bekerja sebagai petani dan pekerja serabutan. Dia pun meninggalkan proses penerimaan mahasiswa di Universitas Negeri Jember, meski telah lolos SBMPTN dan bahkan sudah mendaftar ulang.
"Ketika dinyatakan lolos mendapatkan beasiswa dari Pertamina, saya memilih mengambilnya karena saya berpikir sebagai anak satu-satunya, harapan orang tua tertumpu pada saya. Beasiswa ini bisa mengantarkan saya untuk mewujudkan mimpi membahagiakan orang tua," tuturnya.
Lanjut ke halaman berikutnya
Simak Video "Video: Ini Alasan Mantan Kepala Desa Miliarder di Gresik Ditangkap Polisi"
[Gambas:Video 20detik]