CEO Tesla Elon Musk mengatakan perusahaan mobil listriknya mungkin tidak akan membayar pajak sepeser pun ke Amerika Serikat (AS).
Ia memang berulang kali mengeluh soal pembayaran pajak sebesar US$ 11 miliar atau setara Rp 156 triliun (kurs: Rp 14.200)di 2021. Jumlah tersebut, menurutnya itu lebih besar dari pajak siapa pun yang pernah membayar pajak.
Tesla sendiri sebetulnya berhasil mencatatkan laba bersih sebesar US$ 5,5 miliar dan pendapatan sebesar US$ 7,6 miliar pada 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan keengganan Elon membayar pajak, lantaran Tesla kehilangan pendapatan US$ 130 juta pada tahun lalu di AS. Selain itu, lebih dari US$ 6 miliar pendapatannya tahun lalu berasal dari operasi perusahaan di luar AS.
Itu berarti, Tesla akan membayar pajak mereka di luar negeri. Elon merinci tagihan pajak luar negerinya mencapai US$ 839 juta. Sementara, tagihan pajak untuk negara bagian di wilayah operasinya hanya US$ 9 juta, dan tagihan pajak negaranya nol.
Analis Pajak, Penerbit Pajak Nirlaba, dan Pakar Praktik Pajak Perusahaan di AS Martin Sullivan mengatakan sikap Elon tidak bertentangan dengan aturan yang ada. "Memang, kelihatannya bertentangan dengan akal sehat, tetapi tidak menentang aturan pajak di AS," jelasnya, mengutip CNN Business, Jumat (11/02/2022).
Menurut Sullvian, pendapatan Tesla di AS hanya sedikit atau bahkan nihil yang terkena pajak karena anak perusahaan Tesla lah yang membukukan pendapatan. Di sisi lain, operasi Tesla di markasnya malah menderita kerugian.
Sullivan yakin kerugian US$ 130 juta Tesla di AS kemungkinan besar disebabkan oleh praktik yang biasa untuk perusahaan multinasional AS
Meski begitu, Senator Elizabeth Warren mengecam sikap Elon yang disebutnya sebagai akal-akalan. "Tesla dan perusahaan raksasa lainnya telah lama menggunakan penipuan dan celah untuk membantu mereka keluar dari kewajiban pajak, itu harus dihentikan," tegasnya.
(zlf/zlf)