Jakarta -
Fenomena artis berbondong-bondong terjun di industri sepakbola menyedot perhatian publik. Dari Raffi Ahmad yang mendirikan RANS Cilegon FC, Atta Halilintar yang kini jadi pemilik PS Pati, hingga Prilly Latuconsina yang baru membeli klub Persikota Tangerang.
Nama-nama itu bukan nama sembarangan. Mereka terkenal sebagai pesohor yang jago dalam mengumpulkan pundi-pundi uang. Maka tak ayal publik pun memerhatikan dunia artis dan sepak bola ini.
Pengamat sepakbola Mohamad Kusnaeni mengatakan fenomena yang terjadi di kalangan artis tidak mengejutkannya. Artis terjun ke dalam bisnis olahraga, tidak cuma sepakbola, di dunia kerap terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu (bisnis olahraga) selalu mengundang partisipasi para pesohor. Minimal jika bukan terlibat dalam kepemilikan mereka selalu menciptakan kedekatan antar dirinya dengan tim olahraga yang popular itu," jelasnya, kepada detikcom, Minggu (13/02/2022).
Keterlibatan artis dalam dunia sepakbola merupakan hal yang lumrah. Dilihat secara emosional setiap orang punya passion terhadap olahraga. Maka, ketika dirinya berada di tingkat seorang pesohor, passion yang dia tunjukkan itu menciptakan saling menguntungkan antara dirinya sebagai pesohor dengan tim yang didukungnya sebagai institusi.
Maka dari itu, tidak mengherankan dari situasi itu tercipta hubungan yang lebih jauh, yakni kepemilikan dan itu sudah terjadi diberbagai tempat di dunia, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Italia.
Di Indonesia, hal yang sama kemudian terjadi ketika ruang kepemilikan itu dibuka lebih lebar oleh klub sepakbola ketika mereka mulai menyadari bahwa mereka membutuhkan bantuan pihak ketiga untuk memperkuat struktur permodalan.
"Saya melihat ini situasi yang lumrah, fenomena global dan Indonesia jadi semakin menarik ketika project yang semula di gagas Raffi dan kawan-kawan itu ternyata berubah menjadi hasil yang mengejutkan. Hal itu kemudian menjadi semacam pemantik yang membuat semakin banyak orang tertarik," ujar pria yang disapa Bung Kus ini.
Mereka, orang yang mempunyai otot finansial seperti Raffi, merupakan orang yang tidak terlalu pelit untuk berinvestasi di-passion-nya.
"Di situ lah ketemu, fenomena global, dengan ketersediaan sumber daya finansialnya masuk ke dalam passion-nya mereka, akhirnya mereka masuk olahraga dan ini saya pikir timing-nya sedang pas-pasnya," tambahnya.
Bung Kus menjelaskan, apa yang dilakukan Raffi dengan klub sepakbolanya, Rans Cilegon berhasil memberikan rasa percaya ke publik. Masyarakat menjadi percaya bahwa jika klub dikelola dengan baik, klub itu bisa sukses.
Selain itu, Raffi juga berhasil menunjukkan, jika klub dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan keuntungan.
"Raffi gak pernah ngomong rugi kalau melihat produk iklan yang ada di jersei pemain, lalu bagaimana mereka menggaji pemain dan tidak pernah ada keluhan soal telat gaji. Artinya, dia ga rugi," kata Bung Kus.
Raffi bahkan dinilai berhasil mengubah pakem tentang cara mengelola bisnis di industri sepakbola. Cara Raffi mendapatkan keuntungan dari bisnis sepakbola berbeda dengan cara pebisnis sepakbola pada umumnya.
Dalam menjalankan bisnis, pengusaha di industri sepakbola umumnya kerap kali menggunakan cara konvensional seperti penjualan tiket, penjualan merchandise klub dan hak siar, tetapi kalau Raffi berbeda. Dia tidak hanya menjual itu, tapi juga menjual konten.
"Raffi generate money-nya dari konten dan dia sangat ahli di situ. Jadi kalau kita setengah mati mengumpulkan Rp 20 miliar (modal klub Liga 2 dalam semusim) dari merchandise, bagi Raffi tidak sulit dapat dari konten. Jadi memang cara bisnisnya dia mengubah pola pikir bisnis di sepakbola," katanya,
Bisnis konten yang dilakukan Raffi di sepakbola itu seperti pertandingan klubnya dijual melalui streaming, kehidupan pengelolanya dan bagaimana aktivtias klub sehari-hari.
"Segala macam platform yang Raffi bikin itu jadi sesuatu. Di Instagram, Youtube, apapun Live Instagram, cobalah dilihat bagaimana dia melakukan itu benar-benar hal yang baru bagi kita yang berkecimpung di dunia olahraga dan membuat kita banyak belajar," ujar Bung Kus.
Bung Kus memaparkan modal yang dikucurkan para artis ini berbeda-beda, tergantung di tingkat kompetisi mana klub itu bermain.
Di Indonesia, terdapat tiga tingkat kompetisi sepakbola, yakni dari yang paling rendah Liga 3, kemudian di atasnya ada Liga 2, dan yang paling tinggi Liga 1. Dari kasta inilah letak perbedaan besaran modal bisnis.
Modal bisnis yang dikucurkan untuk klub bola yang bermain di kasta kompetisi yang lebih rendah, lebih murah dibandingkan dengan klub bola yang bermain di kompetisi tinggi.
Bung Kus mengungkapkan, untuk Liga 3 modal yang diperlukan sebesar Rp2 miliar hingga Rp5 miliar.dalam semusim. "Kalau kaya Prily yang klubnya bermain di Liga 3, itu jika dikelola dengan normal Rp2 miliar hingga Rp5 miliar dalam semusim itu bisa. Normal artinya tidak jor-joran, tidak ada yang mengakali," katanya.
Sementara di Liga 2, kasta klub yang dimana klub Raffi bermain, membutuhkan modal Rp10 miliar hingga Rp20 miliar. "Modal itu untuk gaji dan segala macam. Jadi satu musim di Liga 2 itu rentang waktunya sekitar 6-7 bulan, ya itu sekitar Rp 20 miliar. Kurang dari Rp 20 miliar pun bisa tergantung bagaimana kita mengelolanya. Bahkan di Liga 2 ada klub yg dikelola Rp 5 miliar hingga Rp 6 miliar saja bisa," jelasnya.
Akan tetapi, Bung Kus ini menyampaikan pendekatan yang dilakukan Raffi berbeda dengan klub lainnya. Raffi mengucurkan modal yang lebih dari yang biasanya klub Liga 2 punya.
Terakhir, untuk kasta kompetisi tertinggi, yakni Liga 1, modal yang diperlukan mencapai Rp 40 miliar dalam semusim.
Simak Video "Video Respons Raffi Ahmad soal Viral Protes Ibu Penjual Kacang"
[Gambas:Video 20detik]