RI Ketergantungan Kedelai Impor Buat Tahu dan Tempe, Kementan Mau Apa?

RI Ketergantungan Kedelai Impor Buat Tahu dan Tempe, Kementan Mau Apa?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 14 Feb 2022 17:35 WIB
Kenaikan harga kedelai impor berdampak pada harga tempe dipasaran. Kementerian Pedagangan pun memberi sinyal bahwa harga tahu dan tempe akan kembali naik.
Ilustrasi/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Harga tahu dan tempe terancam bakal naik karena harga kedelai impor makin mahal. Produksi tahu dan tempe di Indonesia dipenuhi mayoritas dari kedelai impor.

Merespons hal ini, Kementerian Pertanian pun mulai menyiapkan strategi untuk mendorong produksi kedelai lokal dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri. Direktur Aneka Kacang dan Umbi Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Yuris Tiyanto mengatakan pemerintah sudah menyiapkan 650 ribu hektare lahan untuk menanam kedelai.

Dia menargetkan pada tahun ini produksi kedelai lokal mencapai 1 juta ton. Jumlah ini memang belum memenuhi secara penuh kebutuhan dalam negeri, namun setidaknya jumlah ini sudah memenuhi keinginan perajin tahu tempe.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah ada 650.000 hektare lahan tahun 2022 untuk monokultur dan tumpang sisip dengan areal jagung yang akan produksi kedelai. Tahun 2022 target kita 1 juta ton," kata Yuris kepada detikcom, Senin (14/2/2022).

Yuris mengatakan pihaknya sudah melakukan perjanjian antara dinas pertanian di daerah dan pembeli kedelai para petani. Hal ini dilakukan untuk memberikan kepastian pasar bagi petani, sehingga petani lebih bergairah untuk menanam kedelai.

ADVERTISEMENT

Per hari ini, pihaknya melakukan penandatanganan kerja sama antara Dinas Pertanian Kabupaten di Jawa Tengah dengan pihak pembeli.

"Areal tanam kedelai sudah kami siapkan dan MoU antara dinas dengan off taker untuk jaminan pasar petani kedelai juga sudah kita siapkan," ujar Yuris.

Yuris pun mengatakan sebetulnya harus ada juga perbaikan tata kelola impor kedelai. Misalnya saja, pembatasan kuota impor kedelai saat panen raya sehingga produksi petani lokal bisa terserap di pasar. Ataupun kewajiban tanam bagi importir kedelai untuk memperbanyak produksi kedelai di dalam negeri.

"Harus ada reformulasi tata kelola impor kedelai juga. Harapan kami ada pembatasan kuota impor kedelai saat panen raya kedelai, dan adanya kewajiban tanam kedelai di dalam negeri bagi para importir kedelai," kata Yuris.

Perajin tahu dan tempe bicara impor kedelai di halaman berikutnya.

Ketergantungan Kedelai Impor

Sebagai informasi, menurut Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifuddin 90% kebutuhan kedelai untuk produksi tempe dan tahu dipenuhi dari kedelai impor. Makanya saat harga kedelai mahal, harga tahu dan tempe juga ikutan mahal.

"Dari 3 juta ton per tahun kebutuhan kedelai untuk tahu dan tempe, 90% itu impor. Produk lokal 300-400 ribu ton per tahun. Makanya harga kami ikuti global, jadi ya kalau dia mahal ya kami mahal," ungkap Aip kepada detikcom, Senin (14/2/2022).

Menurut Aip kedelai lokal bisa digunakan untuk memproduksi tahu dan tempe, tapi hal itu tidak memungkinkan. Alasannya, pertama karena jumlah produksi kedelai lokal jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan para perajin.

Dia pun mendorong pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian untuk mendorong produktivitas produksi kedelai lokal. Tak muluk-muluk, pihak Aip hanya meminta agar kedelai untuk kebutuhan pembuatan tahu bisa dipenuhi dari kedelai lokal.

Dari total 3 juta kebutuhan kedelai tahunan untuk perajin tahu dan tempe, kebutuhan untuk tahu sebesar 1 juta per tahun selebihnya adalah untuk tempe.

"Maka kami minta untuk tingkatkan hasil kedelai lokal. Kami sudah lobi Menteri Pertanian untuk meminta peningkatan kedelai lokal mencapai 1 juta ton, setidaknya buat penuhi kebutuhan tahu saja 1 juta ton," ungkap Aip.

Selain kurangnya ketersediaan kedelai, Aip juga mengatakan sejauh ini standardisasi hasil panen kedelai belum ada. Hasil panen kedelai lokal dinilai lebih jelek daripada yang impor, padahal kalau bicara kualitas kandungannya kedelai lokal lebih juara menurut Aip.

"Sekarang juga kedelai lokal ini yang ada pun kualitasnya jelek, kurang dibenahi. Kadang-kadang yang kita terima aja bisa terlalu tua terlalu muda. Pas dijual ke kami juga masih kotor, ada ranting, daun, tanah dibungkus kain sembarangan. Nggak ada standardisasi," sebut Aip.

"Padahal kalau kandungannya lebih bagus kedelai lokal, buat bikin tahu juga bagus buat kedelai lokal," ungkapnya.


Hide Ads