Perajin tempe di Ciputat, Tangerang Selatan, sudah melakukan mogok produksi tempe sejak Sabtu (20/02/2022). Perajin tempe di Ciputat, Tangerang Selatan, Tawasul mengaku sudah melakukan mogok produksi tempe sebagai respon kenaikan harga kedelai yang tinggi.
"Sudah tidak beraktivitas dari kemarin sampai Rabu. Sabtu, Minggu, kemarin sudah tidak kerja," jelasnya, saat ditemui detikcom, di Tangerang Selatan, Minggu (20/12/2022).
Kenaikan kedelai yang terjadi mencapai sekitar 25%. Dari yang semula Rp 900 ribu per kuintal, sekarang sudah Rp 1,15 juta per kuintal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu belum berhenti, mungkin bisa terjadi kenaikan lagi, " jelas Tawasul.
Tawasul menyampaikan, sebetulnya kejadian kenaikan harga kedelai sudah pernah terjadi. Namun, ketika itu bisa turun karena ditangani bulog.
Tapi kini, sudah tidak ditangani Bulog, sekarang pasar bebas yang menentukan. Itu juga yang menjadi perhatian perajin tempe.
Kalau pun nantinya bisa turun, pria yang sudah menjadi perajin tempe selama lebih dari 30 tahun ini memprediksi, penurunannya tidak besar.
"Misalkan turun tidak akan sampai Rp 1 juta, paling jadi Rp 1,05 juta atau Rp 1,1 juta. Enggak sampai Rp 1 juta, enggak bakalan," kata Tawasul.
"Sekarang, aduh sengsara, kita akalin berhenti saja dulu."
Tawasul mengilustrasikan penjualan tempe sebelum dan sesudah naik. Misalnya, perajin tempe melakukan transaksi penjualan sebesar Rp 1,2 juta, itu sudah mendapat untung apabila harga per kuintal kedelai masih Rp 900 ribu. Tapi bila harga per kuintal kedelai seperti sekarang Rp 1,150 juta seperti sekarang, hanya mendapat selisih keuntungan Rp 50 ribu.
"Rp 50 ribu buat apa ? Buat makan sendiri saja susah," ucapnya.
(zlf/zlf)