Permintaan Perajin Tahu-Tempe di Balik Aksi Mogok Produksi se-Pulau Jawa

Permintaan Perajin Tahu-Tempe di Balik Aksi Mogok Produksi se-Pulau Jawa

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Minggu, 20 Feb 2022 08:14 WIB
Harga kedelai terus meroket beberapa hari ini. Hal ini membuat para perajin tahu dan tempe menjerit karena beratnya ongkos produksi.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Perajin tahu dan tempe bakal melakukan aksi mogok produksi minggu depan. Mulai Senin 21 Februari hingga Rabu 23 Februari 2022, tempe dan tahu bakal hilang di pasar.

Harga kedelai yang terus menerus meningkat tajam membuat perajin tahu tempe melakukan aksi mogok produksi. Menurut Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mogok produksi ini bakal terjadi di seluruh pulau Jawa.

"Awalnya, memang Jakarta saja. Cuma kan tukang tempe tahu ini saudara dan sama-sama merasakan kesulitan karena kedelai mahal ini. Makanya kebersamaan persatuan dalam koperasi itu akhirnya kami se-Jawa akan melakukan mogok," papar Aip saat dihubungi detikcom, Sabtu (19/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aip mengatakan sejak hari Sabtu kemarin, perajin tempe dan tahu sudah mulai berhenti produksi. Pasalnya, sekali produksi butuh waktu sekitar 3 hari.

"Jadi hari ini (Sabtu), itu kalau perajin tempe tahu sudah mulai tidak produksi, karena kan itu jadinya 3 hari. Maka Sabtu, Minggu, Senin. Jadi Senin itu sudah tidak ada tempe yang jadi," ungkap Aip.

ADVERTISEMENT

Mewakili para perajin, Aip meminta maaf apabila aksi mogok produksi ini membebani masyarakat. Menurutnya, aksi ini dilakukan agar nasib perajin tahu dan tempe bisa lebih diperhatikan.

"Saya juga atas nama perajin mohon maaf sama semuanya, ini bukan keinginan kita. Kami hanya ingin memperlihatkan adanya kesulitan yang kami rasakan. Kami terpaksa lakukan, sehingga pemerintah bisa dengar kami ini perlu bantuan," pungkas Aip.

Ada setidaknya 4 hal yang diminta oleh para perajin tempe dan tahu di balik aksi mogok produksi yang bakal dilakukan. Apa saja? Ada di halaman berikutnya

Permintaan pertama para perajin adalah harga tempe dan tahu dinaikkan. Sejauh ini Kementerian Perdagangan sendiri sudah mengumumkan hal itu.

"Dengan adanya pengumuman dari Kemendag (Kementerian Perdagangan) soal harga tempe dan tahu naik supaya itu menolong untuk kita," ungkap Aip.

Kedua, pihaknya meminta agar harga kedelai tidak naik setiap hari. Melanjutkan permintaan kedua, pihaknya juga ingin harga kedelai bisa distabilkan selama 1-3 bulan.

"Ketiga, kami minta harganya stabil, setidaknya dalam waktu sebulan sampai 3 bulan," kata Aip.

Keempat, Aip meminta agar pemerintah membentuk skema subsidi kedelai kepada perajin tahu dan tempe. Dia meminta ada batas maksimal harga kedelai bagi perajin tahu dan tempe.

Dia bilang perajin setuju apabila harga kedelai dipatok maksimal di kisaran Rp 9-10 ribu per kilogram. Sementara harga kedelai saat ini sudah mencapai Rp 11-12 ribu per kilogram di tingkat perajin.

"Kami kalau boleh minta diberikan subsidi. Kita minta beli maksimal 10 ribu aja per kilo, itu sudah diterima di perajin," ungkap Aip.

Perlu diketahui, produksi tahu dan tempe di Indonesia sendiri memang bergantung pada kedelai impor. Bila kedelai sebagai bahan baku naik harganya, otomatis biaya produksi perajin akan mengalami kenaikan.

Aip sendiri pernah mengatakan 90% kebutuhan kedelai untuk produksi tempe dan tahu dipenuhi dari kedelai impor. Makanya saat harga kedelai mahal, harga tahu dan tempe juga ikutan mahal.

"Dari 3 juta ton per tahun kebutuhan kedelai untuk tahu dan tempe, 90% itu impor. Produk lokal 300-400 ribu ton per tahun. Makanya harga kami ikuti global, jadi ya kalau dia mahal ya kami mahal," ungkap Aip kepada detikcom, Senin (14/2/2022).

Menurut Aip kedelai lokal bisa digunakan untuk memproduksi tahu dan tempe, tapi hal itu tidak memungkinkan. Alasannya, pertama karena jumlah produksi kedelai lokal jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan para perajin.



Simak Video "Harga Kedelai Naik Lagi, Perajin Tahu Tempe Bandung akan Mogok Produksi"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads