RI Tergantung Kedelai Impor
Tingginya harga kedelai tengah dikeluhkan para perajin tahu tempe. Sebab, itu berarti ongkos produksi menjadi tinggi. Sayangnya, tingginya harga kedelai ini sulit dihindari lantaran Indonesia tergantung pada kedelai impor.
Oke Nurwan menjelaskan, kebutuhan kedelai di tanah air 3 juta ton per tahun. Sementara, produksi dalam negeri hanya 20% dari kebutuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya lihat dari data, kebutuhan kita 3 juta ton itu hanya bisa dipasok 20% dari dalam negeri. Dan bahkan untuk tahun ini dari BKP menyatakan, BKP itu Badan Ketahanan Pangan di Kementerian Pertanian, produksi kita itu hanya 10%, jadi 90%-nya impor," terangnya.
Dengan tingginya angka impor, kata dia, membuat harga kedelai tidak bisa dikendalikan. "Jadi kedelai ini tergantung sepenuhnya pada produk impor yang harganya nggak bisa kita kendalikan," ujarnya.
Oke melanjutkan, Indonesia rata-rata mengimpor 2,6 juta ton kedelai. Sisanya, sekitar 400 ribu ton dipasok dari dalam negeri. Itu pun jika tidak terjadi penurunan produksi.
Oke menambahkan, kebanyakan petani sendiri menjadikan kedelai sebagai tanaman sela untuk memperbaiki unsur hara tanah.
"Kebanyakan para petani kedelai selain lahannya kecil, tanamannya juga tanaman sela, untuk memperbaiki unsur hara tanah, setelah nanam padi sekian lama, setelah nanam apa sekian lama, baru satu musimnya pakai kedelai," ujarnya.
"Jadi produksi kedelai ini nggak masif, kalau kita mau swasembada kedelai harus dibuat produksi yang bagus lah dengan mekanisasi dan sebagainya," ujarnya.
(acd/ara)