Harga kedelai terus-menerus mengalami kenaikan. Hal itu turut mengancam keberlangsungan para perajin tempe.
Perajin tempe, di Ciputat, Tangerang Selatan, Dev Heryanto memaparkan harga kedelai terus naik per kilogramnya, dari Rp 9.000 menyentuh angka Rp 11 ribu dan diprediksi pada puncaknya nanti, Mei 2022, akan mencapai Rp 15 ribu.
"Ini kalau misalnya dari Rp 11 ribu menjadi Rp 15 ribu perajin bisa gulung tikar," tegasnya, saat ditemui detikcom, di Tangerang Selatan, Rabu (23/02/2022).
Hal itu bisa terjadi karena tempe sudah tidak mungkin lagi ukurannya dikecilkan, sementara bila harga dinaikan, konsumen akan memilih belanja makanan lain.
"Mungkin dinaikan Rp 1.000, dari Rp 8.000 jadi Rp 9.000, dari 9.000 jadi Rp 10 ribu. Nah, beli tempe Rp 10 ribu mending orang milih opsi lain, telur misalnya. Ini yang bisa bikin (perajin tempe) gulung tikar," jelas Dev.
Posisi perajin tempe saat ini disebutnya bagai makan buah simalakama. Apabila jual tempe murah akan rugi, sementara jual mahal, banyak saingan, akan ditinggalkan konsumen.
Bahkan, menurutnya, tidak perlu harga kedelai sampai Rp 15 ribu per kilogram, harga Rp 14 ribu saja membuat para perajin tempe kolaps.
Dev mengaku tidak habis pikir, aksi mogok perajin tempe yang dilakukan selama tiga hari tidak berpengaruh apa-apa. Harga kedelai justru naik kembali.
Harga kedelai per kilogram naik Rp 100 hari ini. Artinya, dari per kilogramnya Rp 11.200 menjadi Rp 11.300.
"Mau nombokin dari mana ? Kita jual tempe masih segitu-segitu saja. Sedangkan kacang terus naik. Bukan turun abis demo malah naik lagi," keluh Dev.
Karena itu, ia berharap pemerintah bisa menekan harga, berikan subsidi merata.
Berdasarkan pengalamannya, ketika harga kedelai naik, pemerintah pernah memberikan subsidi kepada perajin tempe, tapi hanya kepada perajin yang merupakan anggota koperasi.
"Soalnya enggak semua pedagang tempe itu anggota koperasi," kata Dev.
Simak Video "Video: Mencicipi Es Susu Kedelai Legendaris di Samarinda yang Eksis Sejak 1986"
(zlf/zlf)