Rusia Dibanjiri Sanksi AS-Eropa, Putin Balik Melawan!

Rusia Dibanjiri Sanksi AS-Eropa, Putin Balik Melawan!

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 24 Feb 2022 10:16 WIB
Russian President Vladimir Putin listens to a journalists question during a joint news conference with Hungarys Prime Minister Viktor Orban following their talks in the Kremlin in Moscow, Russia, Tuesday, Feb. 1, 2022. Putin says the U.S. and its allies have ignored Russias top security demands. In his first comments on the standoff with the West over Ukraine in more than a month, Putin said Tuesday that the Kremlin is still studying the U.S. and NATOs response to the Russian security demands received last week. (Yuri Kochetkov/Pool Photo via AP)
Presiden Rusia Vladimir Putin/Foto: Yuri Kochetkov/Pool Photo via AP
Jakarta -

Sederet negara memberikan sanksi ke Rusia di tengah memanasnya konflik dengan Ukraina. Sanksi utama datang dari Amerika Serikat (AS) mewakili negara barat.

Pemerintah AS melarang lembaga keuangan yang ada di negaranya untuk memproses transaksi keuangan bagi Bank Militer Rusia dan lembaga investasi VEB Rusia.

Meski begitu sepertinya Rusia tidak akan terpengaruh dengan adanya sanksi tersebut. Dilansir BBC, Kamis (24/2/2022), Rusia nampaknya bisa melawan sanksi-sanksi yang diberikan dari dunia internasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rusia telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan momen ini. Pada 2014, Rusia pernah mendapatkan sanksi serupa. Saat itu, pasukan Rusia pindah ke Krimea, mencaplok bagian dari Ukraina yang memicu putaran pertama sanksi internasional bagi Rusia.

Nyatanya, kejadian ini mengajarkan Moskow, pusat pemerintahan Rusia sebuah pelajaran penting. Sejak saat itu Rusia menyiapkan pertahanan baru dari potensi sanksi-sanksi internasional. Mereka mulai mencari cara untuk tidak mengandalkan dolar AS.

ADVERTISEMENT

Presiden Rusia Vladimir Putin kali ini mungkin akan pede bertaruh negaranya dapat menahan dan melawan dampak sanksi internasional lebih lama dari yang diasumsikan negara-negara Barat.

Pada Januari tahun ini saja cadangan internasional pemerintah dalam valuta asing dan emas berhasil memecahkan rekor. Cadangan devisa Rusia telah bernilai lebih dari US$ 630 miliar. Itu adalah jumlah tertinggi keempat dari cadangan devisa di berbagai negara di dunia.

Hal tersebut, dinilai dapat digunakan untuk membantu menopang mata uang Rusia, Rubel, untuk beberapa waktu yang cukup lama.

Rusia kurangi ketergantungan asing. Cek halaman berikutnya.

Simak juga Video: Putin Luncurkan Invasi Skala Penuh ke Ukraina!

[Gambas:Video 20detik]



Lebih lanjut, saat ini hanya sekitar 16% dari devisa Rusia sekarang yang benar-benar disimpan dalam dolar AS, turun dari 40% lima tahun lalu. Malah saat ini sekitar 13% berbentuk renminbi China, naik pesat dari beberapa tahun lalu. Semua ini dirancang untuk melindungi Rusia sebanyak mungkin dari sanksi yang dipimpin AS.

Di sisi lain, ada juga perubahan lain dalam struktur ekonomi Rusia. Seiring waktu, mereka telah mengurangi ketergantungannya pada pinjaman dan investasi asing. Pemerintah juga telah secara aktif mencari peluang perdagangan baru, China adalah bagian besar dari strategi itu.

"Apa yang dilakukan Rusia, pada dasarnya sedang membangun hampir sebuah sistem keuangan alternatif sehingga dapat menahan beberapa guncangan sanksi yang mungkin dijatuhkan oleh Barat," kata Dr Rebecca Harding, kepala eksekutif Coriolis Technologies.

Ini tentu bisa menjadi perjudian yang cukup berbahaya bagi Rusia. Sanksi terhadap bank-bank besar Rusia, khususnya bank-bank pemerintah tetap akan menimbulkan kerugian.

Tetapi, Putin mungkin juga akan menghitung AS, Inggris, dan Uni Eropa memiliki kepentingan strategis yang sedikit berbeda untuk dipertimbangkan. Maka sanksi-sanksi mungkin tidak akan bertambah besar dampaknya.

Masalahnya, akan lebih sulit bagi beberapa negara untuk menjatuhkan sanksi pada industri minyak dan gas Rusia. Uni Eropa, misalnya, mendapat 40% pasokan gas alamnya dari Rusia dan Inggris mendapat sekitar 3%.

(hal/ara)

Hide Ads