Perang antara Rusia dan Ukraina akan memberikan dampak yang besar kepada negara yang tengah berseteru. Seperti apa?
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai, saat perang ada dua industri yang berjalan, yakni industri di bidang militer dan pangan.
"Kalau perang, yang bekerja kalau di perang biasanya dua, industri-industri alat perang kedua kebutuhan pokok ya apapun," katanya kepada detikcom, Kamis (24/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Ukraina misalnya, kata dia, dalam kondisi perang masyarakat akan berupaya bertahan hidup dengan memasok makanan dan minuman. Sementara, kegiatan-kegiatan lain tak berjalan.
"Yang militernya industri perangnya bekerja, tapi yang masyarakat sipilnya, bagaimana mereka aman, mereka bisa bertahan hidup. Nggak bisa namanya kegiatan pendidikan kesehatan, semua susah itu yang terjadi di negara yang dilanda perang," ujarnya.
Tambahnya, arus pengungsi akan terjadi. Lalu, harga pangan akan melonjak. "Ya efeknya pasti di kawasan itu pasti terdampak, misalnya ada arus pengungsi, harga makanan akan melonjak karena orang akan mem-protect bahkan akan stok yang banyak. Kelaparan sudah pasti daerah perang," ujarnya.
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Bikin Rupiah Merana! |
Ekonom Center of Reform on Economics Indonesia (CORE) Yusuf Rendy Manilet menuturkan, perang Rusia dan Ukraina berpotensi mengerek inflasi. Sebab, perdagangan terganggu karena perang.
"Kalau misalnya kondisi sekarang saja, Amerika sudah ancang-ancang melakukan embargo kepada Rusia. Embargo itu kan bentuknya sangat luas, yang umumnya embargo perdagangan. Kalau komoditas yang tidak mampu disediakan secara mandiri negara yang berkonflik, yang perang, ini muaranya betul, akan mendorong inflasi lebih tinggi di negara tersebut," jelasnya.
(acd/ara)