Serangan langsung pasukan Rusia ke Ukraina merupakan kombinasi ancaman di investasi dan pertumbuhan ekonomi bagi seluruh dunia. Karena bisa menyebabkan lonjakan harga barang, energi dan pangan, dan memicu inflasi yang menakutkan bagi para investor.
Kondisi itu bisa memperburuk keadaan saat ini di mana perekonomian dunia masih belum pulih dari dampak gempuran pandemi virus Corona.
Dikutip dari The New York Times, Kamis (24/2/2022). Rusia adalah negara pemasok terbesar untuk senjata dan bahan bakar nuklir, serta pemasok minyak, gas dan bahan mentah yang membuat pabrik-pabrik di dunia tetap berjalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, seorang ekonom dari Harvard, yang juga penasihat Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yaitu Jason Furman mengatakan bahwa rusia hanya memiliki peran kecil dalam ekonomi global.
"Rusia sangat tidak penting dalam ekonomi global kecuali minyak dan gas. Pada dasarnya Ia adalah sebuah pom bensin besar," kata Jason.
Shell dan Total punya kerjasama atau perusahaan gabungan dengan perusahaan minyak Rusia, yaitu Rosneft. Nilai kerja sama itu, menjadi salah satu nilai kontrak investasi asing terbesar di Rusia.
Tetapi, jika pom bensin besar (Rusia) itu tutup akan melumpuhkan semua negara, terutama yang bergantung padanya. Itu akan mengakibatkan kerusakan ekonomi yang terjadi secara intens.
Terlebih lagi dengan harga pangan yang sudah naik ke level tertinggi, selama kurang lebih satu dekade karena pandemi. Padahal, Rusia adalah pemasok gandum terbesar di dunia dan ini mengakibatkan jumlah ketergantungan di beberapa negara menjadi lebih besar sekitar lebih dari 70%.
Melihat kejadian ini, efek paling signifikan pada ekonomi global akan muncul dalam jangka panjang. Krisis ekonomi juga akan semakin bertambah, meski pandemi adalah titik besar krisis ekonomi yang pernah terjadi sejauh ini.
Seorang senior yang bekerja di International Trade Policy, Peterson Institute for International Economics, yaitu Jeffrey Schott menjelaskan karena ketergantungan Eropa selama ini dengan gas dari Rusia, dapat memicu diskusi baru tentang perluasan sumber energi yang dapat mengesampingkan Rusia dalam ekonomi global.
"Dalam jangka panjang, itu akan mendorong Eropa untuk melakukan diversifikasi," kata Jeffrey Schott.
(dna/dna)