Sementara, Ekonom Center of Reform on Economics Indonesia (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai Indonesia akan terdampak dari sisi nilai impor minyak dan gas.
"Saya kira memang peluang kenaikan impor setidaknya dari nilai, value itu berpeluang terjadi. Tapi kalau kita lihat proporsi impor migas dan non migas sudah relatif lebih besar non migas. Artinya kalaupun naik tidak akan terlalu kemudian berdampak secara signifikan neraca dagang Indonesia," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, kata dia, konflik ini akan mengerek harga komoditas lain seperti batu bara. Menurutnya, hal itu akan berkontribusi pada ekspor.
"Di sisi lain sebenarnya dengan adanya konflik ini 'blessing in disguise' buat Indonesia, karena saya singgung akan ada potensi kenaikan harga komoditas yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan negara yang berkonflik dalam hal ini misalnya batu bara. Sebenarnya kasusnya mirip tahun lalu, ketika krisis energi, batu bara meningkat dan ini yang bisa menguntungkan dari sisi negara yang mengekspor batu bara," paparnya.
(acd/ara)