Pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina berdampak kepada kenaikan harga minyak dan gas. Terbukti, harga minyak mentah di pasar dunia pada Kamis (24/2) melonjak signifikan.
Harga minyak jenis Brent bahkan tercatat sudah menembus US$ 105 per barel. Ini adalah harga tertinggi sejak 2014.
Kenaikan ini membuat selisih harga minyak dunia terpaut cukup jauh dengan asumsi APBN. Asal tahu saja, asumsi makro APBN 2022 menetapkan harga minyak dunia di level US$ 63 per barel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan, pemerintah harus segera mengantisipasi kenyataan ini dengan melakukan penambahan belanja subsidi energi. Naiknya subsidi energi diharapkan dapat meredam kenaikan harga BBM hingga tarif listrik yang tengah dibayangi kenaikan harga minyak dunia dan batu bara.
"Otomatis belanja subsidi energinya harus ditambahkan. Baik belanja untuk subsidi maupun penugasan-penugasan ke BUMN sektor energi," katanya kepada detikcom dalam Podcast Tolak Miskin, Jumat (25/2/2022).
Kenaikan harga BBM di Indonesia sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari harga minyak mentah, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, hingga inflasi. Tiga hal ini telah nyata saat ini bergejolak sejak konflik antara Rusia dan Ukraina semakin memanas.
Lonjakan biaya subsidi energi pun di depan mata. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati harus memutar otak melakukan realokasi belanja demi menambal lonjakan subsidi energi yang dibutuhkan untuk meredam kenaikan harga di dalam negeri.
"Harusnya windfal dari harga komoditas ke penerimaan negara langsung dialihkan ke penambahan subsidi energi," kata Bhima.
Senada dengan Bhima, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Hubungan Internasional, Shinta Kamdani berharap pemerintah bisa segera melakukan langkah antisipatif terhadap kemungkinan naiknya harga-harga. Naiknya harga dikhawatirkan bisa kembali mengganggu pemulihan ekonomi Indonesia.
"Kami confident ini bisa teratasi. Kami harap pemerintah bisa melakukan langkah antisipatif seperti terhadap kemungkinan kenaikan harga minyak global, dampaknya terhadap inflasi, proyeksi pemulihan ekonomi," kata Shinta.
Bicara soal subsidi energi, APBN sendiri sudah bekerja cukup keras sejak awal tahun ini. belanja subsidi energi menjadi salah satu pengeluaran yang membengkak dari APBN 2022. Subsidi energi ini berkaitan untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan gas Elpiji 3 kilogram (kg).
Realisasi subsidi BBM dan gas Elpiji 3 kg menjadi Rp 10,2 triliun. Angka itu naik sekitar 347,2% dari realisasi subsidi energi Januari tahun lalu Rp 2,3 triliun. Penyebabnya lantaran harga energi seperti minyak yang terjadi belakangan ini.
Harga BBM bahkan sudah naik sebelum pecahnya konflik antara Rusia dan Ukraina. Banderol BBM di berbagai SPBU sudah naik. Pertamina menjadi yang paling mutakhir menaikkan harga BBM tertentu per 12 Februari 2022 lalu.
(eds/ang)