Dulu Swasembada, Sejak Kapan RI Mulai Doyan Impor Kedelai?

Dulu Swasembada, Sejak Kapan RI Mulai Doyan Impor Kedelai?

Aulia Damayanti - detikFinance
Minggu, 27 Feb 2022 10:39 WIB
Kacang kedelai impor
Kedelai/Foto: Nur Azis/detikcom
Jakarta -

Kebutuhan kedelai di Indonesia sangat tinggi. Mengingat negara ini memiliki makanan favorit tahu tempe yang bahan baku utamanya kedelai.

Kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahunnya adalah 3 juta ton. Sementara budi daya dan suplai kedelai dalam negeri hanya mampu 500 hingga 750 ton per tahunnya. Untuk mencukupi kebutuhan nasional, pemerintah kemudian melakukan impor.

Bahkan, selama tiga tahun terakhir, impor kedelai pun terus meningkat. Di tahun 2018 impor kedelai mencapai 2,58 juta ton, kemudian jumlahnya naik di tahun 2019 menjadi 2,67 juta ton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Januari-Oktober 2020, impor kedelai dari AS ke Indonesia. Jumlahnya mencapai 1,92 juta ton dengan nilai transaksi sebesar US$ 762 juta atau sekitar Rp 10,6 triliun.

Sejak kapan impor ini dilakukan?

ADVERTISEMENT

Dalam catatan detikcom, sebelum menjadi pengimpor, Indonesia sempat swasembada kedelai pada zaman orde baru. Indonesia mulai membuka impor kedelai sejak 1998. Itu berkaitan dengan kesepakatan yang tertuang dalam Letter of Intent (LoI) dengan IMF.

Kesepakatan itu menetapkan peran Bulog sebagai pengelola persediaan dan harga beras, gula, gandum, terigu, kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya harus dilepaskan. Hanya beras yang masih bisa dikontrol oleh Bulog.

"Tahun 1998 akhirnya diberikan perdagangan bebas, Bulog tidak lagi menangani dan dilimpahkan ke importir," kata Ketua Umum Gabungan Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin, 5 September 2013.

Selain itu, ada masalah utama yang menyebabkan pemerintah terpaks melakukan impor beras terhadap impor. Produksi kedelai di tanah air terus menurun.

Penurunan dibuktikan salah satunya pada tahun 2015. Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifudin kala itu mengatakan, produksi kedelai pada 1990-1992 yakni mencapai 1,6-1,8 juta ton per tahun.

Lanjut ke halaman berikutnya

Sementara saat itu ketika 2015, produksi kedelai lokal sudah menyusut hanya sebesar 600.000 ton. Penyusutan diakibatkan karena berkurangnya lahan tanam serta harga kedelai lokal yang tidak ekonomis.

"Dulu produksi kedelai sempat mencapai 1,8 juta, sementara kebutuhan juga tak sebesar saat ini. Sekarang hanya 500.000-600.000 ton. Lahan tanam kedelai semakin menyempit, bayangkan tanam kedelai biaya produksinya Rp 5.500/kg, kalau di Amerika hanya separuhnya, kualitas lokal juga tak bagus. Akhirnya kita produsen lebih tergantung impor," jelas Aip pada detikFinance, Kamis (24/12/2015).

Masalah lain mengenai kebijakan pemerintah yang melepas produksi kedelai dalam subsidi pada kedelai. Ini berkaitan dengan ikutnya pemerintah dalam saran International Monetary Fund (IMF).

"Sudah produksi (kedelai) semakin turun, pemerintah malah ikuti sarannya IMF (International Monetary Fund). Kasih subsidi pupuk dan bibit dilarang, kasih subsidi harga dilarang, akhirnya kasihan petani kedelai, daripada rugi mending tanam padi saja. Padahal di AS malah disubsidi," tambahnya.

Selain masalah lahan, harga kedelai lokal saat panen di tingkat petani cukup rendah. Hal itu juga membuat para petani tidak bergairah menanam kedelai lokal. Para petani lebih memilih menanam padi atau jagung ketimbang kedelai.

Menteri Pertanian (Mentan) periode 2009-2014 Suswono saat masih menjabat pernah menyatakan lahan kedelai kalah saing dengan jagung yang harga jualnya lebih mahal.

"Memang soal lahan ini penting. Tidak ada pilihan lain untuk mencapai swasembada kedelai memang harus ada tambahan lahan. Sebab kedelai dan jagung ini posisinya trade off. Karena menanamnya dan lahannya relatif sama. Waktunya sama. Sehingga petani itu melakukan pilihan mana yang lebih menguntungkan," tutur Suswono 27 Juli 2012.

Jadi, memang impor kedelai dilakukan karena rendahnya produksi di dalam negeri. Padahal kebutuhannya sangat banyak.

Sementara saat ini, harga sejumlah komoditas internasional tengah mengalami kenaikan. Terutama harga kedelai. Itu sebabnya saat ini harga tahu tempe melonjak.

Imbasnya masalah itu kepada perajin tahu tempe. Mereka sempat melakukan mogok produksi selama beberapa hari. Aksi mogok ini dilakukan oleh perajin se-Jawa. Tahu tempe di sempat mengalami kelangkaan.



Simak Video "Zulhas Sebut Bulog Mau Impor 350 Ribu Ton untuk Tekan Harga Kedelai"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads