Ini Strategi 'Benteng Ekonomi' Rusia Hadapi Sanksi AS Hingga Uni Eropa

Kholida Qothrunnada - detikFinance
Minggu, 27 Feb 2022 21:32 WIB
Foto: ABC Australia
Jakarta -

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Kamis (24/2), membuat negara-negara Barat minggu ini telah menyiapkan beberapa sanksi kepada Rusia, sebagai bentuk dukungan mereka terhadap Ukraina. Pengumuman sanksi tersebut akan menjadi langkah Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan beberapa negara lainnya untuk menguji 'benteng ekonomi' Rusia.

Kurang dari 24 jam, setelah serangan Rusia ke Ukraina dari Utara, Selatan, dan Timur, Presiden Amerika Serikat Joe Biden meluncurkan sanksi besar yang dirancang untuk merusak ekonomi Rusia. Penargetan sanksi itu meliputi lembaga keuangan, pelumpuhan pasukan militer, hingga bidang industri.

Sejak 2014, AS dan sekutu Baratnya telah memberlakukan sanksi terhadap Moskow. Hal itu membuat presiden Rusia Vladimir Putin telah berusaha memperkuat ekonomi mereka, agar mampu menahan beberapa sanksi yang nantinya akan jauh lebih berat lagi.

Dilansir dari CNN Internasional (27/2/2022), ketakutan akan sanksi yang mungkin diluncurkan beberapa pihak, membuat pasar saham Rusia jatuh 33% pada hari Kamis lalu. Sejak saat itu, Rusia berusaha memulihkan sebagian dari kerugian itu.

Namun, rubel (mata uang di Rusia) terus diperdagangkan walau mendekati rekor terendah terhadap nilai dolar dan euro. Jatuhnya nilai rubel, mampu menyusutkan nilai ekonomi Rusia sebesar $ 800 miliar.

Selama periode yang sama, Moskow telah mencoba memberhentikan proses jatuhnya nilai rubel itu secara berangsur-angsur atau bahkan sekaligus. Hal itu dilakukan dalam rangka membangun strategi untuk memulihkan ekonominya.

Ekonomi Rusia bergantung pada komoditas minyak. Selain itu, upaya benteng ekonomi juga dilakukan dengan membatasi pengeluaran pemerintah, dan menjaga cadangan mata uang asing mereka.

Perencanaan ekonomi Putin telah mampu meningkatkan produksi barang-barang tertentu di dalam negeri dengan memblokir produk-produk yang setara dari luar negeri. Sementara itu, Moskow telah mengumpulkan dana cadangan internasional sebesar US$ 630 miliar. Jumlah tersebut termasuk jumlah yang sangat besar, jika dibandingkan dengan sebagian besar negara lain.

Bersambung ke halaman selanjutnya.




(dna/dna)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork