Perajin Tahu dan Tempe Bakal Dapat Bantuan
Kemendag sedang mengatur strategi untuk membantu biaya produksi perajin tahu dan tempe di tengah tingginya harga kedelai, salah satunya harga khusus LPG. Bantuan biaya produksi diberikan agar perajin tahu dan tempe bisa mempertahankan atau menekan biaya produksinya.
Ada sejumlah hal yang sedang dipertimbangkan Kemendag untuk membantu biaya produksi, seperti memberikan harga khusus LPG kepada perajin tahu dan tempe.
"Dalam bentuk bantuan, misalnya, memberikan harga (gas) LPG sesuai dengan harga yang seharusnya. Contohnya LPG 3 kilogram, harusnya harganya Rp 18.000, tapi di pasaran Rp 23.000. Nah, kita coba bantu dengan kita bicarakan dengan Kementerian ESDM supaya diberikan harga LPG yang sesuai dengan seharusnya dan itu akan bisa menekan biaya produksi," papar Oke.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Kemendag juga sedang memikirkan bantuan lain, seperti subsidi harga kedelai. Hanya saja, Oke menegaskan, subsidi ini diberikan kepada perajin tahu dan tempe dengan syarat tidak menaikkan harga.
Baca juga: Kedelai Mahal Terus, Pemerintah Mau Ngapain? |
Harga Kedelai Diprediksi Turun Juni
Berdasarkan analisi Kemendag, harga kedelai diprediksi akan turun setelah puasa dan Lebaran atau saat masuk Juni. Namun, Oke mengatakan analisis itu dilakukan sebelum perang Rusia-Ukraina seperti sekarang, sehingga hal tersebut tidak diperhitungkan.
Oke khawatir perkiraan itu akan meleset bila perang Rusia-Ukraina terus terjadi. Konflik negara tersebut, bisa mempengaruhi harga kedelai.
"(Analisis) ini sebelum adanya perang Rusia-Ukraina, diperkirakan Juni turun. Mudah-mudahan segera beres perangnya, jadi Juni tetap bisa turun," kata Oke.
Mengenai besaran penurunan harga kedelai, Oke mengaku belum bisa dipastikan. "Ya, penurunan kan dari grafik, kita akan lihat besarannya akan berapa-berapa," jelasnya.
Adapun penyebab kenaikan harga kedelai dipengaruhi cuaca di Brasil sebagai eksportir kedelai. Produksi kedelai di Brasil dan Argentina turun.
Eksportir kedelai lainnya, Amerika Serikat (AS) tengah mengalami inflasi yang besar karena pembatasan pergerakan hingga tingginya biaya logistik.
"Nah, kemungkinan kalau AS pertumbuhan ekonominya membagus. Pandeminya membagus, harga kedelai akan terjadi penyesuaian. Itu saya lihat akan terjadi di bulan Juni," pungkasnya.
(ara/ara)