Indonesia belum mencapai swasembada kedelai. Penyebabnya pasokan kedelai masih didominasi impor. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut.
Pelaku pembudidaya kedelai dari Sukabumi, Ayep Zaki mengatakan belum ada satupun bank yang tertarik untuk membiayai budidaya kedelai dan ini harus menjadi perhatian secara khusus.
"Saya sudah satu tahun ini bertemu dengan banyak bank, agar mau membiayai swasembada kedelai yang saya geluti. Tapi sampai hari ini belum ada satupun bank yang tertarik untuk membiayai budidaya kedelai. Ini memang mesti menjadi perhatian secara khusus," ungkap Ayep Zaki, dalam keterangannya, Selasa (01/03/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anggota Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini menerangkan, pada 2022 ini, Kementerian Pertanian telah mencanangkan 600 ribu ha yang disebar di seluruh Indonesia, untuk penanaman kedelai. Ayep bersama timnya, siap untuk memanfaatkan itu asal perbankan mau berkontribusi.
"Kendala yang paling besar yang dihadapi saat ini adalah tingkat kemudahan akses perbankan, ini sangat susah sekali. Meskipun dikabarkan bank-bank diminta dan mau mendanai petani kedelai, namun faktanya sangat susah. Saya harus akui, agak susah terkoneksi dengan perbankan," terang Ayep.
Padahal, Ayep dengan tegas menyatakan, dirinya sanggup mewujudkan swasembada kedelai dalam tempo yang dicanangkan pemerintah. Tentu saja, tambahnya, pemerintah harus membuat regulasi, termasuk perbankan agar bisa bersama-sama untuk mewujudkan swasembada kedelai tersebut.
Selain perbankan, masalah lainnya adalah kebutuhan bibit. Dia mengatakan, kualitas bibit baik yang berlabel kuning, label putih, label ungu dan label biru, sudah bisa bekerjasama dengan balai benih Kementerian Pertanian.
"Masalah kedua adalah pupuk. Pupuk juga sudah ditemukan yang mampu memenuhi kebutuhan tanaman kedelai. Sehingga kami sangat optimis dengan budidaya kedelai itu akan berhasil karena nutrisi untuk pohon kedelainya sudah ada," papar Ayep.
Ayep Zaki dalam kesempatan ini juga mengingatkan, apabila swasembada kedelai ini tidak direspon secara cepat maka harga kedelai bukan tidak mungkin bisa mencapai Rp 15 ribu per kilogramnya.
Ayep yakin, bila semua masalah itu selesai, RI bisa mencapai swasembada.
"Apabila ini ditangani secara serius, saya dengan dukungan regulasi yang baik, dalam dua tahun ini akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan pemerintah tentang swasembada kedelai ini," tegasnya.
"Namun dari 2 juta hektar tersebut harus mampu menghasilkan panen kedelai yang optimal. Bila itu tercapai, maka dari 2 juta hektar tanaman kedelai tersebut 100 persen kebutuhan kedelai lokal bisa terpenuhi," tandas Ayep.
Masalah budidaya kedelai, solusi yang harus dilakukan adalah, selain dari program pemerintah, juga harus digenjot program produksi kedelai mandiri yang dibiayai perbankan langsung dengan petani dan off taker.
"Off taker akan menjadi penanggung jawab. Dan inilah yang harus segera direalisasikan percepatannya," pungkas Ayep.
Simak Video "Video: Mencicipi Es Susu Kedelai Legendaris di Samarinda yang Eksis Sejak 1986"
[Gambas:Video 20detik]
(zlf/zlf)