Jakarta -
Persoalan ketersediaan minyak goreng masih menjadi masalah yang tidak kunjung selesai. Minyak goreng masih sulit ditemukan bahkan di pasar tradisional.
Bila pun minyak goreng ada, tidak jarang harga yang ditetapkan tinggi melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah di mana harga Rp 11.500 per liter diperuntukan untuk minyak goreng curah, Rp 13.500 per liter untuk minyak goreng kemasan sederhana, dan Rp 14.000 per liter untuk minyak goreng kemasan premium.
Berdasarkan pantauan detikcom, Senin (7/3/2022), di pasar tradisional seperti di Pasar Jombang, Tangerang Selatan minyak goreng tersedia, namun jumlahnya minim dan dijual melebihi HET.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minyak goreng yang dipajang pedagang di pasar ini tidaklah banyak. Nawawi, misalnya, salah satu pedagang di sana, hanya menjual minyak kemasan premium, itu pun ia mengaku sulit mendapatkannya.
"Susah di agen susah, minyaknya dibatasi. Cuma dapat satu karton per ukuran satu liter, dapat satu karton ukuran dua liter," katanya.
Ia menjual minyak goreng kemasan premiumnya dengan harga Rp 19.000 untuk ukuran satu liter dan Rp 38.000 untuk ukuran dua liter. Modal yang ia keluarkan untuk membeli di agen sebesar Rp 18.000 ukuran satu liter dan Rp 35.000 untuk ukuran dua liter.
Hal yang tidak jauh berbeda dialami pedagang lainnya, Nurfauziah. Ia menjual minyak kemasan premium dan curah, namun ia lebih menjual curah karena minyak goreng premium mahal. Meski begitu, kondisi minyak curah pun tidak selalu mulus. "Curah sempat susah, curah padahal," katanya.
Nurfauziah menjual minyak goreng curah Rp 20.000 per kilogram (kg). Minyak goreng curah di pasar tradisional memang dijual dengan satuan kg, bukan liter. Sementara 1 liter minyak setara 0,9 kg.
Nurfauziah mengatakan harga minyak goreng dari agen tidak stabil. Untuk saat ini, ia mengeluarkan modal Rp 18.000 per kg. Selain itu, Nurfauziah juga menjual minyak goreng premium Rp 14.000 per liter. Namun, untuk mendapatkan minyak goreng Rp 13.000 per liter sehingga bisa dijual Rp 14.000 tidak mudah.
Pedagang terpaksa nombok jual minyak goreng. Berlanjut ke halaman berikutnya.
Dari pengiriman yang barang lama, stok minyak yang dikirim sedikit, hingga peraturan khusus untuk mendapatkan minyak goreng tersebut. Peraturan khusus itu adalah 'mengawinkan barang'. Nurfauziah diharuskan membeli barang lain jika ingin mendapat minyak goreng.
"Kalau kita ambil minyak goreng saja itu tidak dapat. Kita harus mengambil gandengannya, kawinannya kalau mereka ngomongnya," katanya.
Barang yang dimaksud itu seperti beras, garam, lada, terigu, hingga bihun. Barang-barang itu adalah barang yang kurang laku di pasaran dengan merek yang tidak terkenal. Selain itu, nominal barang itu pun tidak main-main.
"Kalau dijual itu kita malah rugi. Misalnya, bihun satu bal Rp 60.000, garam Rp 40.000, jadi Rp 100 ribu. Kita jual tiga dus minyak goreng emang untung?" keluhnya.
Lebih lanjut, Nurfauziah menjelaskan mengenai minyak ini membutuhkan waktu hingga dua minggu baru dikirimkan barangnya. Selain itu, jumlahnya pun sedikit dan tidak menentu. Kerap kali ia hanya mendapatkan dua hingga tiga karton, paling banyak lima karton. Per kartonnya berisi enam minyak goreng ukuran dua liter.
Sementara di Pasar Ceger, Tangerang Selatan, pedagang minyak goreng, Wastina menjual minyak goreng kemasan ukuran setengah liter. Itu pun stok lama.
Wastina lebih cenderung menjual minyak goreng curah. Meski begitu jumlah minyak curah yang ia jual tidak bisa banyak. "Sebelum kondisi seperti ini biasanya saya beli dua jeriken setiap hari. Tapi sekarang sudah tidak bisa tiap hari," katanya.
Wastina membeli minyak goreng curah dari agen seharga Rp 15.000-15.500 per kg. Ia menjual minyak goreng seharga Rp 18.000-20.000 per kg.
Sementara itu, pedagang minyak goreng di Pasar Ceger, yang enggan disebutkan namanya hanya memajang jumlah minyak goreng curah dua buah. "Kita dibatasi dari agen. Cuma bisa beli dua kilogram minyak curah," ujarnya.
Alhasil penjual ini, lebih banyak menjual minyak goreng kemasan premium yang dijual seharga Rp 19.000 per liter. Ia membeli di agen seharga Rp 18.000 per liter.
"Minyak goreng itu harus kita sediakan, kalau tidak pelanggan bisa kabur. Minyak goreng itu penting untuk memancing pelanggan beli barang yang lain," jelasnya.
Sementara itu, pelanggan pasar, Ranti mengaku khawatir tingginya harga minyak goreng, tidak mengalami penurunan.
"Kalau yang mahal seperti sayuran itu masih tidak apa-apa, karena masih bisa turun. Tapi, kalau modelnya kaya minyak, mi instan juga sudah tidak bisa turun, kalau naik," ujar perempuan yang memiliki warung sembako ini.