Semakin berkembangnya zaman, turut berubah pula pola pikir pekerja masa kini. Hal ini terkait pentingnya benefit perusahaan, keterlibatan teknologi yang masif, hingga kesadaran akan keseimbangan jam kerja.
Education Content Creator, Yova Beltz, turut menanggapi hal ini. Menurutnya, nilai-nilai ini dianggap lebih dimiliki oleh mereka yang berasal dari generasi muda, seperti gen z. Generasi ini cenderung lebih peka terhadap keseimbangan jam kerja, atau bisa disebut sebagai work-life balance.
"Dari observasi pengalaman aku yang dicari Gen Z ini adalah hal-hal yang pastinya nggak tradisional. Aku juga melihat work-life balance, jadi ketika mereka bekerja itu ya udah, mereka datang di jam itu, pulang kalau bisa di jam itu bahkan kalau misalnya pulang jam 6, jam 6 itu udah berdiri di depan fingerprint. On time," jelas Yova di acara e-Life detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Yova juga mengamati bahwa benefit karyawan dari perusahaan adalah prioritas bagi kandidat kerja gen z. Hal ini tidak hanya berlaku untuk kandidat pekerjaan penuh waktu, tapi juga kandidat magang.
"Mereka pengin cari pengalaman magang aja pasti nyari tempat-tempat yang memberikan gaji atau allowance. Tunjangan transportasilah, apa segala macam. Bahkan pengalaman aku sendiri banyak banget yang ngelamar magang itu hal yang pertama ditanya adalah 'Bu di sini ada ngasih tunjangan gak?' kalau nggak, mereka nggak mau," terang wanita yang juga berprofesi sebagai HRD (Human Resources Development) ini.
Yova juga mengamati bahwa gen z lebih akrab dengan teknologi. Hal ini juga membuat profesi-profesi yang berkaitan erat dengan teknologi didominasi oleh generasi tersebut.
"Menurut aku karena gen z ini lebih akrab dengan teknologi, perkembangan zaman, mereka lebih tech savvy. Jadi mungkin pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan sosial media, digital, creative content, atau sekarang banyak content creator. Atau mereka memilih pekerjaan yang merupakan hobi tapi bisa menghasilkan cuan," tutur Yova.
(mjt/mjt)