Eks Duta Besar RI untuk Polandia 2014-2019 Peter F Gontha menilai bakal ada efek mengerikan jika Amerika Serikat (AS) sampai mengancam China agar tidak membela Rusia dalam konteks perseteruan dengan Ukraina.
"Dampak ekonomi ke dunia internasional sudah terasa. Harga gandum dan biji-bijian sudah melonjak tinggi. Efek mengerikan terjadi jika USA mengancam China untuk tidak boleh ikut campur membela Rusia yang dikenakan sanksi," katanya dikutip dari siaran pers, Rabu (16/3/2022).
Dijelaskannya bahwa sanksi ekonomi sudah berdampak pada aset pribadi warga Rusia di seluruh dunia. Hal itu preseden berbahaya, karena Rusia mengancam melancarkan perang siber (cyber war) ke AS yang akibatnya bisa menakutkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia juga sangat bergantung ke Rusia terutama industri pupuk, industri pertahanan terutama ketika Sukhoi pertama dulu dibeli. Jadi harus bersiap-siap," papar Peter.
Dia pun menyebut bibit-bibit persoalan Rusia dengan negara-negara eks Union of Soviet Socialist Republics (USSR) berpotensi banyak. Terutama yang berbatasan langsung dengan Eropa Barat. Kasus Georgia dan Ukraina menurutnya amat berpotensi untuk mengganggu rasa nyaman Rusia dari ancaman secara geopolitik dan militer setelah dua negara itu berniat bergabung ke NATO.
"Ukraina merupakan negara di mana banyak infrastruktur dan peralatan perang Rusia ditempatkan," sebut dia.
Saat ini, lanjut dia, peralatan perang Rusia sedang dalam proses dikembalikan sebelum invasi Rusia pada 25 Februari 2022. Namun saat ini setelah beberapa kali perundingan, Ukraina sepakat untuk mengurungkan niat bergabung ke NATO.
"Rusia juga mengizinkan Ukraine untuk bebas formal dan non formal berhubungan ekonomi dengan IEU, asal jangan bergabung dengan NATO," terangnya.
Pada kesempatannya, Ekonom INDEF Eisha M Rachbini menjelaskan perang Rusia dan Ukraina memberikan dampak global dengan ancaman krisis energi dan ancaman inflasi, juga dampak dari sisi supply-demand.
"Krisis saat ini telah mendorong naiknya harga minyak dunia menjadi di atas US$ 100 per barel. Beberapa hari kemarin malah sampai menyentuh US$ 130/barel. Terjadi juga kenaikan tinggi pada harga komoditas CPO, batubara. Terutama gas bumi di mana Rusia dan Ukraina adalah ekportir dan pemain utama gas pasar global," papar Eisha.
Bersambung ke halaman selanjutnya.