Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina masih terus terjadi hingga hari ini. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia yang diprediksi tumbuh 4,2%.
Perry mengungkapkan, angka ini lebih rendah dibandingkan ramalan BI pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan lalu yaitu 4,4%. Perry juga mengatakan angka ini masih bisa mengalami penurunan jika ketegangan geopolitik terus berlangsung.
Dia menyebutkan perang Rusia-Ukraina ini sangat berimplikasi pada ekonomi dan keuangan dunia khususnya dalam tiga hal yaitu berdampak pada kenaikan harga komoditas global, berdampak pada volume pola perdagangan global dan terakhir juga berdampak pada keuangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaimana berbagai implikasi ini pengaruh ke kondisi Indonesia? Ada yang langsung dan secara tidak langsung. Tapi tentu saja hubungan perdagangan yang relatif terbatas tentu saja implikasinya tidak terlalu besar," jelas dia.
Namun menurut Perry akan ada pengaruh dari naiknya harga komoditas dunia yang akan berdampak di dalam negeri. "Semua tergantung pada kebijakan pemerintah dalam menyikapi peningkatan," jelas dia.
Karena itu BI terus berkoordinasi dan bertukar pikiran sampai memberikan pandangan terkait apa yang dilakukan pemerintah di dalam negeri.
Terutama yang berkaitan dengan harga bahan bakar non subsidi. Karena itu ke depan akan dilihat kondisi fiskal dan kebijakan yang ditempuh.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengungkapkan jika pada jalur keuangan Indonesia merasakan dampak pasar keuangan global yang risk off dan mencari instrumen yang aman.
"Mereka lari ke dolar AS atau membeli emas, karena itu dolar AS dan emas meningkat. Yang terjadi credit default swap (CDS) ini risk perceptioninvestor global semuanya mengalami peningkatan atau naik sekitar 40 bps. Tapi Indonesia tidak sendiri, negara lain seperti Thailand, Filipina dan Malayasia juga lebih tinggi," tambah dia.
Dampaknya terjadi aliran modal keluar atau outflow Rp 30 triliun di SBN dan di saham Rp 4 triliun. Destry menyampaikan nilai tukar justru lebih relatif stabil dibandingkan dengan negara tetangga. "Di jalur keuangan alhamdulillah sejauh ini manageable," ujar dia.
(kil/zlf)