Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan lonjakan harga minyak goreng tak terlepas dari perang Rusia Ukraina. Kok bisa?
"Invasi Rusia terhadap Ukraina ini menyebabkan harga-harga barang tinggi, terutama karena Ukraina dan Rusia ini penghasil daripada minyak sunflower atau bunga matahari. Nah subtitute-nya, penggantinya adalah minyak CPO menyebabkan harga CPO loncat dari 14.600 pada awal Februari menjadi Rp 18.000 kemarin dan sekarang sudah turun sedikit, tetapi pada dasarnya naik karena memang mekanisme pasar," terang Mendag di sela pengecekan bahan pangan di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (17/3/2022).
Senada, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menjelaskan Rusia dan Ukraina merupakan negara produsen minyak biji bunga matahari atau sunflower. Dengan adanya konflik, pengguna minyak tersebut ramai-ramai beralih ke CPO hingga mengakibatkan harga komoditas itu meningkat karena permintaan meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain imbas dari invasi Rusia ke Ukraina membuat negara tersebut berhenti memproduksi minyak sunflower.
"Minyak nabati dari Ukraina kan berhenti produksinya. Padahal dia cukup tinggi 17% pasokannya ke dunia," terangnya.
Dengan stop produksi minyak nabati Ukraina ini, tentunya memicu gejolak di pasar Internasional yang berimbas terhadap harga CPO yang ikut melonjak. "Harga sudah pasti naik. Kebutuhan minyak dunia dari sawit itu 43%," imbuhnya.