Rusia mengklaim mempunyai kemampuan untuk membayar utang, hanya saja terhalang sanksi Barat. Sanksi tersebut membuat Rusia tidak bisa menarik setengah dari cadangan mata uang asing mereka yang bernilai US$ 315 miliar atau setara Rp 4.519,30 triliun (kurs Rp 14.347).
Padahal, Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk membayar utang. JPMorgan memperkirakan Rusia harus membayar utang internasional Rp 573 triliun yang sekitar setengahnya dipegang oleh investor asing.
Apabila Rusia gagal bayar utang atau default akan menjadi berita buruk bagi negara tersebut. Namun, pasar global diperkirakan tidak terdampak terlalu parah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusia mengklaim telah membayar utang bunga sebesar Rp 1,68 triliun untuk menghindari jatuh tempo. Namun, proses tersebut belum selesai karena persoalan alat pembayaran.
Rusia dikabarkan menggunakan aset-aset mereka yang dibekukan di luar negeri sebagai dana pembayaran bunga utang. Jadi masih belum jelas apakah hal itu bisa diterima atau tidak.
Siluanov mengatakan Rusia sudah membayar utang, tetapi apakah pembayaran itu terlaksana merupakan persoalan lain dan bukan ditentukan mereka.
"Kami punya uangnya, kami sudah memproses pembayaran sekarang bola berada di tangan pengadilan Amerika Serikat," tutur Siluanov dilansir CNN, Jumat (18/3/2022).
Pembayaran dua kupon yang jatuh tempo, merupakan 'ujian' pertama Rusia dalam menghormati kewajiban utang luar negerinya sejak sanksi Barat diberlakukan.
Kementerian Keuangan Rusia merencanakan untuk membayar bunga dalam rubel jika pembayaran dolar AS tidak sampai ke pemegang obligasi asing.
(ara/ara)